Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

3 DETIK PERTAMA (kombinasi antara percakapan nyata dan dunia khayalku)

“Kejujuran itu nampak pada 3 detik pertama,,,,,,,,,”    Hujan mengguyur membasahi malam. Sepi meraja dalam dingin. Di luar sana senyap. Tapi tidak disini, dalam aula Hit Bia ini. Aula yang letaknya cukup membingungkan ini, kini tampak ramai. padahal di luar sana semua makhluk mulai terlelap, kecuali serangga malam dan kelelawar tentunya. Sekelompok mahasiswa yang mengaku kaum intelektual sedang beradu argumen. Mengkritik, mengajukan saran dan berbagai istilah lain membanjiri aula itu. Kata sepakat dan sah menjadi kata yang paling mendominasi. RUA (RAPAT UMUM ANGGOTA) sedang berlangsung. Semuanya berlomba ingin mengambil bagian, menuntut apa yang menjadi hak setiap anggota untuk berbicara dan memilih. Pesta demokrasi dalam organisasi sekaligus keluarga kami.

PULANG

Gambar
Sktesa: 'segelas kopi' oleh Dian Timoria Seorang perempuan kini duduk di hadapanku. Penampilannya tidak bisa dibilang rapi tapi ia berpakaian yang pantas. Rambutnya yang halus diikat asal-asalan, bahkan beberapa helai dibiarkan jatuh pasrah dan sesekali bergoyang tertiup angin. Kemeja yang di gunakannya tampak kebesaran. Namun, di balik sikap cueknya itu, jika menyelam dalam tatapan matanya akan ada sebentuk keistimewaan yang akan membuat siapa saja tidak bisa mengabaikan kehadirannya. Sepertinya ada satu bentuk keliaran yang terjebak dalam tubuhnya yang mungil ini.

KARANG

Gambar
Batu Payung, Padadita-Waingapu Dari timur selalu ada sensasi yang sama setiap harinya. Dari timur selalu ada bias yang sama setiap harinya. Selalu pantulan itu. Sekeping emas yang menukik perlahan dan seiring melajunya angin, udara pun kian menghangat. Dan itulah sebabnya aku selalu menyukai timur.
SURAT TERAKHIR UNTUKMU Dear dirimu,,, bagaimana kabarmu? Kau tahu??? Aku tersadar kini ,,,, Dan aku suka cara Tuhan merangkai hidupku

RAMBU DI DERMAGA WAINGAPU

“Kau harus pulang.” “Tidak.” “Pulanglah, tidak ada yang bisa kau lakukan di sini.” “Aku akan pergi.” “Pulang?” “Tidak” “Kemana?”

DI SINI

Kau menyebut namaku, dia dan mereka dengan aliran pekat dalam matamu yang beraroma gosong kata di hadapan beliau yang kita segani, seolah dengan begitu dendammu terlunaskan. Walau sejujurnya aku tak mengerti tentang apa yang sudah kau keramatkan tentang sebuah dosa yang membuatku terlihat begitu menjijikkan di matamu. Kau bakar habis namaku dengan rincian-rincian dosa yang hingga kini aku tak tau, dosa siapa yang kau katakan itu, hanya saja selalu kudengar namaku kau sebutkan dengan irama detak jantung yang tak lagi tenang.

PEREMPUAN

Aku masih mengingatnya. Perempuan itu. Yang menangis tersedu ketika dibawa oleh bidan menuju ruang operasi. Yang ketika kutatap matanya, aku langsung mengingatnya. Dia teman lamaku. Teman dekatku beberapa tahun lalu. Teman menyulam janji sekaligus teman yang mengingkari janji. Teman yang meninggalkanku lebih dulu.

YANG TERKENANG DARI MAULIRU

Semalam, ketika sedang asik membaca sebuah novel, aliran listrik mendadak berhenti. Seketika asrama dan sekitarnya menjadi gelap. Saya pun segera menyalakan sebatang lilin dan melanjutkan aktifitas saya dengan bantuan penerangan lilin.   Sesaat kemudian saya berhenti dan mengamati lilin yang mulai mencair. Tanpa sadar tangan saya sudah memainkan cairan lilin itu. Ah, saya teringat pada penggalan-penggalan kenangan yang sudah terlalu lama saya lewati.

MELEPASMU

Sekali   lagi, aku bertemu dengannya. Menjelang siang. Sebelas tahun, ya sebelas tahun. Tidak mungkin aku salah menghitungnya sebab telah sebelas lembar kartu ucapan selamat natal sekaligus selamat ulang tahun yang tersusun rapi dalam laci meja belajarku. Aku ingat dan selalu mengingatnya, saat di mana dia selalu katakan ingin pergi.

ANNA

Kelak kau akan mengerti mengapa Dia menciptakan perempuan dengan tulang rusuk seorang pria. Sungguh. Kau bilang perempuan itu lembut, cengeng, rapuh, ayu dan berbagai kata lainnya yang mendeskripsikan perempuan sebagai sosok yang menyedihkan di matamu yang selalu nampak liar. “Tapi kau juga seorang perempuan” “Itu yangkusesali” “Kenapa kau tidak menerima takdirmu?” “Persetan dengan takdir, persetan dengan perempuan”

THE TRUTH

“ Realistis?” “Ya, kau harus realistis.” “Aku sudah melakukannya.” “Dengan berlari meninggalkan impianmu?” “Tidak, aku hanya mengambil jalan lain.” “Meninggalkan impianmu?” “Mungkin suatu saat nanti aku bisa mendapati diriku sedang berlari di jalan impianku.” “Bagaimana jika tidak?”

SANG PENULIS

Sinar di sekelilingmu terlampau menyilaukan. Namun mataku tetap kubuka, tidak ingin melewatkan setiap gerak yang kau pertontonkan di panggung megah itu. Entah kenapa, meski kutahu di sekelilingku gaduh, namun suaramu terdengar terlalu nyata di telingaku. Tidak satu kata pun terdengar kabur dalam lafalanmu. Bahkan, deru nafasmu yang memburu nada terdengar jelas di telingaku. Tanpa sadar, pikiran dan hatiku pun terfokus pada syairmu, lagumu dan padamu.

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI

Gambar
Saya suka langit. Ya, langit di pagi hari, langit siang hari, langit senja maupun malam hari. Soal mengapa dan bagaimana ceritanya saya menyujai semua bentangan langi itu, tidak perlu saya jelaskan sekaligus, kelak cerita tentang potongan langit lainnya akan saya ceritakan lagi, namun khusus edisi ini, saya akan tulis tentang kecintaan saya pada langit di siang hari.

Puisi-puisi saya di Sinar Harapan, 22-23 Maret 2014

Gambar
DOA DAN LUKA Mencintai sungai di siang yang ganas adalah meraup semua doa-doa wanita yang di matanya terdapat sebuah bola yang senantiasa menggelinding dari timur hingga ke barat yang senantiasa terpelanting dari langit hingga ke palung samudra,

WHITE B’DAY

Gambar
Disana, di pantai itu, dengan laut dan langit yang biru, ada sekumpulan cewek-cewek cantik yang kompak berbaju putih dan wajah ceria, siapa mereka? sedang apa mereka? Mereka adalah kami, dan inilah kami,,,,, Hari ini matahari bersinar cerah. Di langit pendar cahaya matahari menyempurnakan biru langit dan tebaran awan putih yang tampak bersih. Bukan hanya di langit tapi juga di pantai ini, tebaran putih ombak bergejolak di pantai lasiana siang ini.

TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER

Perasaan paling menjengkelkan menurut saya adalah menyukai sesorang yang sudah sangat amat pasti tidak akan bersama dia di masa depan. Ya, seperti menyukai seorang frater, makhluk yang mempersiapkan dirinya untuk salah satu panggilan mulia di antara panggilan hidup lainnya (kadang saya berpikir: harus ko dia mendengar panggilan yang seperti itu?) Menyukai seorang frater seperti sedang mengharapkan pohon mangga berbuah semangka, atau menunggu hingga kucing bertelur. Sesuatu yang konyol.

KUPU-KUPU HITAM

Hari masih pagi ketika kau datang dan mengetuk pintu kosku. Kau membangunkanku dari mimpi indahku. Dan aku lalu membuatkanmu teh. Aku hanya menyodorkannya dengan tanganku. Namun, tidak seperti biasanya, kau bukannya menerima gelas teh itu tapi malah menyuruhku menyimpannya di meja. Kau juga tidak langsung meneguknya seperti biasa. Sejak pertama membuatkanmu teh, kau tidak pernah berkomentar tentang rasanya. Selalu kau anggap pas. Padahal terkadang gulanya kukurangi seperti saat ini, diakhir bulan kita harus berhemat. Kukurangi jatah gulamu dan di gelasku tak ada gula sama sekali. Tidak apa-apa, selalu seperti ini, aku tak butuh manisnya, aku hanya merasa senang saja merasakan ada aliran panas mengalir dalam tubuhku.

MENCINTAI DENDAM

Apa yang kau temukan dalam tatapan mataku adalah yang tak pernah kulihat. Kusebut itu kerinduan. Rindu yang teramat dalam, yang digali menggunakan pedang-pedang milik sang waktu yang amat tajam, membuatnya terlampau sakit dengan luka yang terus menganga. Bahkan sering menenggelamkanku dalam keheningan yang nyata. Di sana, adalah kejujuran yang paling jujur. Itu sebabnya aku selalu menunduk jika berbicara denganmu. Sungguh, aku tak berniat menyakitimu, hanya saja, aku merasa bahwa untuk itu aku harus menutup semua kejujuran itu.

THE LAST (I Promise)

Aku tersadar kini. Dan kuakui aku suka cara Tuhan merangkai kisah hidupku.   Awalnya begitu berat untuk kupahami, bahkan terkadang aku menolak untuk memahaminya. Aku membantah kenyataan bahwa kau dan aku tak harus bersama. Bagiku keindahan yang ada padamu adalah wujud hadiah Tuhan untukku. Bagiku pertemuan kita, adalah cara Tuhan untuk mengatakan bahwa kita adalah sepasang kekasih yang akan hidup bahagia selamanya.