Postingan

Menampilkan postingan dari Juni 24, 2018

TENTANG SUMBA DAN KEGELISAHAN SEORANG PEREMPUAN

Gambar
Sebuah pekerjaan pernah membuat saya terhubung dengan banyak orang yang dengan caranya masing-masing berjuang untuk mempertahankan keseimbangan alam di Sumba. Salah satunya adalah para pejuang pertanian organik. Ketika saya bertanya, alasan menggunakan pupuk organik di tengah tawaran pupuk kimia yang menggiurkan, seorang petani separuh baya dengan kulit hitam legam terbakar matahari serta keriput yang mulai muncul diwajahnya berkata “Saya mau kasih tanah ke anak saya nanti. Mungkin tidak banyak karena harus dibagi-bagi, tapi saya punya tanah harus bisa menghasilkan juga. Saya punya tanah harus tetap sehat supaya saya punya anak juga bisa dapat hasil dari itu tanah.” dialek Sumba yang kental terdengar dari mulutnya yang tetap sibuk mengunyah sirih pinang.

TENTANG BEKERJA DI TIGA KABUPATEN BERBEDA DI PULAU SUMBA

Gambar
Suasana kota Waikabubak, kota tempat tinggal saya sekarang Pertengahan tahun 2018. Saya tidak merasakan waktu berlalu begitu cepat, begitu pula sebaliknya. Saya selalu menikmati semuanya dengan santai. Sejak wisuda tahun 2015 dan pulang ke Kabupaten Sumba Timur pada tahun yang sama, saya sudah bekerja di tiga kabupaten berbeda di pulau Sumba. Yang pertama adalah kabupaten Sumba Timur lalu di ujung sumba lainnya yakni kabupaten Kabupaten Sumba Barat   Daya, dan saat ini di kabupaten Sumba Barat.