LUKA
Kau, entahlah. Aku merasa kau begitu memprihatinkan. Sangat amat. Kau seperti hidup sebatang kara. Kini tidak ada pilihan yang harus kau pilih kecuali menerima akibat pilihanmu dulu. Kau hanya perlu menjalani apa yang tersisa dari hal yang kau sebut harapan dan cinta. Yang dulu begitu kau agungkan. Kebanggaan tiada tara kau pertontonkan dalam senyum ceriamu saat namamu yang bersanding dengan namanya menduduki tempat termanis di lidah kami. Para perempuan yang haus gosip. Para sahabatmu yang ingin melihat kau bahagia. Tapi mengapa harus kau yang terluka? Itu tidak adil, benarkan?