Kau menyebut namaku, dia dan mereka dengan aliran pekat dalam matamu yang beraroma gosong kata di hadapan beliau yang kita segani, seolah dengan begitu dendammu terlunaskan. Walau sejujurnya aku tak mengerti tentang apa yang sudah kau keramatkan tentang sebuah dosa yang membuatku terlihat begitu menjijikkan di matamu. Kau bakar habis namaku dengan rincian-rincian dosa yang hingga kini aku tak tau, dosa siapa yang kau katakan itu, hanya saja selalu kudengar namaku kau sebutkan dengan irama detak jantung yang tak lagi tenang.