Mereka mengenali buih laut yang pecah lalu berhamburan dalam setiap debur debar jantung mereka namun sesekali ada yang menggelinding angkuh menuju embun yang tertampung dalam danau di mata mereka
Tubuhnya adalah sususan ribuan sel yang bernama tekad Tempat di mana duri-duri mawar tak ingin pindah Meski pada jarak sebait puisi Mimpinya adalah tumpukan jejak yang ia ambil di sisi kekasihnya Ia hanya ingin menyusuri setapak di kaki bukit Meski jarak tak sesingkat sebait puisi
Aku yang tak mahir mendaraskan doa Melalui angin yang lihai menyusup di sela dinding-dinding karang tanpa tepian dengan wangi kemarau yang berdebu, kusam dan membiru
Di Lai Nggadung kalian menertawakan mimpi buruk semalam sambil menyelam di dasarnya mencoba menemukan butir-butir rembulan yang kalian sembunyikan dihari pelangi tak muncul dalam rupa bias warna
Engkau yang menjelma embun bagi pagi yang terbata-bata mengintip semesta Sekujurmu adalah kebeningan yang tak lupa diteteskan doa dari aliran darah di surgamu
Untuk: seorang ibu di hari pertama ia mengecup bayinya Pada satu matahari kau memilih mendiami langit yang berbeda Ada musim yang tak mahir kau tebak di sana Kemarau dengan banyak percikan api Hujan dengan banyak butiran air
DOA DAN LUKA Mencintai sungai di siang yang ganas adalah meraup semua doa-doa wanita yang di matanya terdapat sebuah bola yang senantiasa menggelinding dari timur hingga ke barat yang senantiasa terpelanting dari langit hingga ke palung samudra,