ANAK-ANAK PANTAI
Mereka
mengenali buih laut
yang
pecah lalu berhamburan
dalam
setiap debur debar jantung mereka
namun
sesekali ada yang menggelinding angkuh
menuju
embun yang tertampung dalam danau di mata mereka
pada
sekujur mereka ombak kerap pulang dengan tergesa-gesa
dari
sekian perjalanan menyusuri labirin-labirin kesunyian
layaknya
papan-papan tua yang mereka namai dengan aksara berwajah leluhur
(ada
apa dengan ritual yang kini kau asingkan?)
Perahu-perahu
sudah tak lagi berpenghuni
mereka
luput dari dongeng yang kau ciptakan tanpa tokoh
di
sana hanya ada Tuhan
dan
kau!
Mauliru,
2017
Komentar
Posting Komentar