TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER



Perasaan paling menjengkelkan menurut saya adalah menyukai sesorang yang sudah sangat amat pasti tidak akan bersama dia di masa depan. Ya, seperti menyukai seorang frater, makhluk yang mempersiapkan dirinya untuk salah satu panggilan mulia di antara panggilan hidup lainnya (kadang saya berpikir: harus ko dia mendengar panggilan yang seperti itu?)
Menyukai seorang frater seperti sedang mengharapkan pohon mangga berbuah semangka, atau menunggu hingga kucing bertelur. Sesuatu yang konyol.
Dan coba tebak, saya pernah menyukai seorang frater (mungkin juga sekarang saya masih merasakannya). Waktu pertama menyukainya dia bahkan belum menjadi frater, dia masih seorang postulant. Suatu hari dia datang ke rumah saya bersama seorang imam yang mempunyai kepentingan pada bapak saya yang adalah seorang guru agama. 
Dia seenaknya melemparkan senyum pada saya yang saat itu masih SMA. Entah kenapa saya jadinya salah tingkah tapi ada perasaan yang aneh yang tiba-tiba muncul, seperti sesuatu yang tiba-tiba panas dalam jantung saya, sepertinya darah saya berdesir dengan aneh dan otak saya langsung merekam senyummu dan menyimpannya dalam memori yang kebetulan lagi kosong.
Senja itu juga saya menyukainya.
Dengan keberanian yang jatuh bangun saya beranikan diri berkenalan dengannya. Saya bahkan masih ingat bagaimana tangannya dan suaranya ketika berkenalan. Dia menyebut namanya dengan pajangan senyum yang membuat tatapan saya tidak bisa saya alihkan. Dia lalu membuat lelucon-lelucon kecil yang pada akhirnya membuat saya benar-benar menikmati senja itu. Dengan penuh penyesalan saya melepasnya pergi ketika sang imam dan bapak saya sudah menyelesaikan diskusi mereka tentang topik yang tidak berarti buat saya.
Pertemuan kedua dengan sang pemilik senyum yang menjadikan senja menjadi indah adalah sabtu. Jangan berpikir bahwa itu adalah janjian kencan layaknya sepasang  kekasih di malam minggu. Itu hanyalah sebuah janji di mana kami berpikir bahwa adalah hal normal jika kami bertemu pada waktu itu. Tebak tempat di mana? Jika kau menjawab sebuah taman atau rumah makan, maka kau salah, jawabannya adalah sebuah gereja. Di gereja tersebut pada hari sabtu diadakan perayaan ekaristi pada sore hari dan berdasarkan pengalaman saya, pada hari sabtu ada banyak muda –mudi yang turut merayakan perayaan ekaristi dan saya mengambil bagian di antara mereka.
Selesai misa, kami bertemu, sekedar berbasa-basi tentang hal-hal biasa. Tentang teman-teman, tentang kegiatan sekolah saya dan beberapa hal lainnya ang tidak terlalu saya perhatikan. Buat saya, memperhatikan wajahnya, senyumnya, gerak tubuhnya adalah yang lebih penting di bandingkan isi pembicaraan yang butuh konsentrasi penuh dariku agar mampu membalas pertanyaan-pertanyaannya karena senyumnya selalu membuyarkan konsentrasi yang selalu berhasil saya bangun meski Cuma dalam hitungan detik.
Pertemuan seusai misa itu adalah pertemuan terakhir antara saya dan dia. hingga kini saya hanya berusaha memelihara ingatan tentang dia tanpa pernah melihatnya lagi.
Sekarang, dia telah menjadi seorang frater, jauh di seberang lautan sana. Beberapa tahun terakhir sejak malam minggu itu, saya tidak pernah mendengar kabar darinya, apakah dia baik-baik saja? Bagaimana kuliahnya? Bagaimana perjalanan panggilannya? Yakinkah ia di jalan yang di pilihnya? Masihkah dia ingat saya? Sering sakitkah ia? Siapa yang akan memperhatikannya? Apakah ia punya seorang kekasih? Beranikan ia selingkuh dari Tuhan? Dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang berseliweran seenaknya di otak saya ketika saya dengan tidak sadar melayangkan pikiran saya ke suatu tempat dimana saya menyimpan wajah dan senyumnya. Tempat yang sakral. Pertanyaan-pertanyaan itu datang begitu saja meski tidak pernah ada jawabnya. Sata tegaskan sekali lagi, tidak akan pernah ada.
Kau tau kenapa? Karena saya kehilangan jejaknya sejak beberapa tahun lalu. Begitulah dia pada akhirnya memang harus pergi ke tempat yang tidak bisa saya jangkau bahkan jika hanya untuk mendengar suaranya. Ada tembok besar yang menghalangi kebersamaan kami, bahkan jika itu hanyalah sebuah hubungan pertemanan. Saya hanya sekedar mengetahuinya dari sebuah akun facebooknya. Dia pun jarang meng up date statusnya. Tidak seperti saya yang selalu memperbarui stasus minimal sekali sehari. Saya hanya berharap saja bahwa dia pun mempunyai rasa ingin tahu yang sama seperti saya dan dengan penuh kebodhan saya menganggapnya sedang ‘takut’ menghubingi saya dan mencari tahu kabar saya lewat facebok seperti yang saya lakukan terhadapnya. Dan sepertinya saya terlalu terlena dengan kebodohan itu hingga sekarang pun saya mesih melontarkan berbagai keluhan di media sosial itu sambil terus berharap dia membacanya dan menyadari betapa saya merindukan dia.
Beberapa bulan lalu, entah angin mana yang berhasil membawa dan meloloskan doa saya padaNya, dia pun menghubungi saya. Dia menelpon saya setelah meminta nomor saya di facebook yang langsung saya balas dengan semangat  45 mengetik nomor saya.
Percakapan di telpon itu hanyalah sekedar basa-basi ringan layaknya dua orang teman yang lama tidak jumpa, yah kami memang hanyalah dua orang teman yang lama tidak jumpa. Tapi saaat itu, dengan sudah payah saya mengendalikan debaran jantung yang mendadak berpacu lebih cepat dari pada biasanya. (saya berharap semoga sistem kematian manusia bukanlah dengan banyaknya bunyi jantung yang harus berdebar, karena jika memang demikian mungkin saat itu saya sedang mempercepat waktu kematian saya tanpa bisa saya kendalikan). Percakapan itu pun berakhir dengan sebuah janji bahwa nanti saya akan di telpon lagi. Dan malam itu, saya tiba-tiba merasa sedang bermimpi indah meski sebenarnya sebuah peristiwa mengerikan sedang terjadi di mimpi saya.
Sebagai seorang gadis yang memutuskan untuk berpacaran setelah wisuda nanti, hari-hari saya terasa sibuk dengan beragai kegiatan yang saya ikuti. Di asrama, di kampus, di organisasai dan di beberapa tempat lainnya. Kesibukan itulah yang pada akhirnya membuat saya mengabaikan perasaan kesepian yang menurut beberapa teman asrama saya sering melanda mereka saat mereka sedang putus dengan kekasih mereka. Saya pun terbiasa menikmati kesendirian-kesendirian itu. Setidaknya saya selalu terlihat sedang menikmatinya.
Terbiasa sendiri membuat saya pada akhirnya menerima kehadirannya dengan begitu mudah, toh dia adalah seseorang yang selalu saya nantikan dalam beberapa tahun terkahir. saya pikir bahwa salah satu alasan mengapa saya selalu ingin sendiri karena saya selalu ingin dia yang hadir dalam hidup saya dan bukan orang lain. Itu sebabnya, berbagai penolakan terjadi ketika ada yang sekedar ingin mendekati saya. Bagi saya (bisa dianggap ego), jika orang bersama saya bukanlah dia, maka tidak satu pun yang bisa bersama saya lagi.
Suatu malam, seperti yang di janjikannya, dia pun menelpon saya lagi. Dengan begitu antusias saya melayani pertanyaan-pertanyaan atau candaan-candaannya. Dia berbicara kembali tentang awal perkenalan kami, dan saya dengan segala kepolosan (mungkin kebodohan) mengungkapkan betapa senangnya saya senja itu, dia tertawa. Sekali lagi, dengan kepolosan yang sama, saya mengutarakan betapa saya menyukai dia sejak pertama kali bertemu, betapa saya suka senyumnya, hangat tangannya, gerak tubuhnya dan semua pembicraan-pembicaraan singkat pada senja itu. Lagi-lagi dia tertawa. Dan menyadari bahwa di seberang sana dia sedang memamerkan senyum yang begitu saya rindukan mendadak ada nyeri yang membuat saya ingin menitikkan air mata. Sungguh, saya rindu dia.
Telpon dan sms terus berlanjut. Melihat handphone dan memastikan apakah dia menghubungi saya atau tidak menjadi ritunitas baru saya. Hingga suatu kesempatan saat terjadi perbincangan di telpon bersama dia, saya mengatakan betapa saya rindu dia. Aneh, dia hanya tertawa.
Dia bertanya siapa pacar saya yang saya jawab dengan menceritakan kesendirian saya. Lagi-lagi dia tertawa. Lalu dia kembali bertanya mengapa saya tidak ingin pacaran. Lama saya terdiam, saya sedang mepertimbangkan seberapa penting pertanyaan itu hingga harus saya jawab. Dia kembali dengan pertanyaan yang sama dan saya katakan setelah wisuda saya akan pacaran. Lagi-lagi dia tertawa.
Risih dengan tawanya, saya pun bertanya adakah yang lucu dari pertanyaan saya. Dijawabnya tidak. Dan saya rasa saat itu dia sedang tersenyum. Dia bilang saya terlalu hebat untuk menolak lelaki yang datang pada saya. Saya menjawabnya dengan suara yang bervolume tinggi “Memangnya setiap cewek harus pacaran?” dia pun tertawa mendengar jawaban saya. Ah, saya rindu ingin melihat wajah tertawanya yang kini berserakan di pikiran saya.
Di satu kesempatan, kami berbincang-bincang lagi. Masih menggunakan handphone, meski ingin rasanya saya duduk berhadapan dengannya.
Sekali lagi, dengan mengandalkan sifat malas tau yang mungkin bisa di definisikan dengan kata polos, saya pun mengakui tentang perasaan saya padanya. Bahwa saya selalu ingin dia datang pada saya, bahwa saya selalu ingin dia ada untuk saya, saya ingin menjalin hubungan yang di sebut ‘pacaran’ hanya bersama dia, bahwa saya selalu rindukan dia, bahwa saya selalu melihat facebooknya hanya untuk mengetahui bagaimana kabarnya dan bahwa saya selalu jatuh cinta berulang kali setiap mengingat tentang dia.
Dan luar biasanya, dia malah tertawa.
Tiba-tiba saja, saya merasa jengkel dengan tawa itu. Ketika saya bertanya apakah dia percaya yang saya katakan dia malah mengatakan bahwa dia percaya. Namun detik berikutnya dia berkata “saat ade percaya pada sesuatu, saat itu pula ade harus menanamkan sebuah rasa tidak percaya”
Damn!!!! dia tidak percaya apa yang saya katakan. Padahal untuk mengatakannya, butuh keberanian yang begitu besar, apa lagi saya tidak pernah menyataka ‘suka’ pada seorang cowok. Dia adalah orang pertama yang saya bilang suka bahkan cinta. Untuk mengatakan cinta tersebut saya bahkan tanpa sadar menuliskan namanya memenuhi lembaran buku yang sedang saya baca. Selama ini, saya adalah orang yang selalu menolak setiap ada yang mendekati saya, sebab saya hanya mau bersamanya. Namun, saat saya dan segala kejujuran yang saya punya mengatakan bahwa saya menyukainya, dia malah tidak percaya (dan saya rasa itu adalah penolakan darinya), ternyata benar di tolak itu rasanya menyakitkan.
Saya kehabisan cara meyakinkannya tentang perasaan saya padanya. Perasaan yang saya jaga selama bertahun-tahun. Perasaan yang ditertawakannya. Saya lalu berpikir, mungkin memang inilah cara Tuhan mengatakan bahwa kita memang tidak bisa bersama. Saya dan segala kejujuran yang ada tidak akan pernah bisa dia mengerti dengan segala ketidakpercayaannya. Mungkin seperti inilah Tuhan ingin saya melupakannya. Cinta yang Tuhan punya untuknya teralu besar hingga dia tidak bisa untuk membalas perasaanku bahkan percaya pun tidak. Tuhan seperti tidak ingin dia membagi cinta denganku, anehnya, mengapa senja itu Tuhan mempertemukan saya dan dia? Ah, pertanyaan terakhir itu kembali menyulut semangat saya untuk tetap mencintai dia.

Catatan ini saya tulis di awal maret 2014, tanpa pernah menduga sesuatu terjadi di akhir maret 2014.

Komentar

  1. i know that feel. emang sih selalu buat tanya 'kenapa saya suka sama frater(dia)?'
    sakitnya itu beda, kadang malah sakit sendiri. tapi itu panggilan sih
    relakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. sakitnya menyukai seorang frater itu adalah sakit yang unik,,,, hehehehhee salam kenal,,,,

      Hapus
    2. Kak, apa yang akhirnya terjadi di akhir maret 2014? Jujur saja aku penasaran

      Hapus
    3. Di akhir maret dia hubungi saya lagi, lalu bilang kalau dia sudah tidak menjadi frater lagi, saya sempat rasa bahagia, tapi hanya sesaat karena setelah itu dia bilang lagi kalau dia sudah memilih meninggalkan jalan itu karena seorang cewek, dan cewek itu bukan saya. sekarang dia benar-benar menikmati masa2 menyenangkan dengan cewek itu,,,,, :)

      Hapus
    4. Hai kak,, cerita kk sngat menyentuh.
      Sy juga mnglami hal yg sama, hingga saya mengutuk diri sy sendiri knpa sy harus mengikuti kegiatan d biara mrka dan harus brtmu dia.

      Hapus
    5. Saya juga merasakan hal yg sama tapi bedany saya berbeda agama dengan frater tsb, sangat sakit memang, tetapi hnya sanggup diam dan tak bisa apa2.

      Hapus
  2. Halo, Diana. Kita tidak hanya memiliki nama yang sama, namun juga nama yang sama :)
    Tidak hanya kamu yang merasakan pergolakan hati seperti yang telah kamu ceritakan, saya juga demikian. Saya sudah empat bulan menjalin hubungan kasih dengan seorang frater. Kamu beruntung karena Tuhan membiarkanmu melupakannya lebih cepat supaya kamu fokus pada studimu. Saya pun beruntung karena saya memiliki teman dalam perjalanan hidup saya ini. Namun saya tidak tahu akan seperti apa akhir kisah ini. Saya seorang muslim, Diana. Lapisan pemisah ini berlapis. Kami tidak hanya beda agama, namun juga pacar saya itu frater. Kami toleran soal perbedaan ini, sangat toleran. Tapi orang-orang di sekitar kami yang membuat semuanya menjadi tambah berat. Bagaimana menurutmu, Diana? Senang bisa menemukanmu. Salam :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. haaaiiii,,,,,salam kenal,,,,
      wahhh memang lapisan pemisah dalam kisah kalian sangat berlapis dan tebal,,,, tapi tidak apa2,,, jalani saja dulu,,, toh Tuhan pasti punya tujuan sehingga dia memberikan diana kisah rumit seperti itu,,,,

      Hapus
    2. Bagaimana caranya dia tetap bersamaku tapi cita-citanya tercapai? Sulit sekali. Kami sudah berjalan, tidak mungkin kembali ke belakang. Kalau harus berpisah, kami saling mencintai.

      Hapus
    3. Jika diana mengharapkan kebersamaan secara fisik sekaligus dia bisa mencapai cita-citanya, maka itu adalah hal yang mustahil. saya pikir, Diana juga menyadarinya, hanya saja Diana masih terlalu takut untuk mengakuinya. Diana memang tidak harus kembali ke belakng, hidup memang selayaknya harus berjalan maju, tapi sadar atau tidak, setiap saat dalam kebersamaan Diana dan dia ada tiga lintasan di hadapan kalian, satu lintasan untuk dia menuju cita-citanya, satu lintasan untuk Diana dan satu lintasan untuk kalian berdua. Dan kalian memilih untuk mengambil lintasan yang membuat kalian nyaman. Diana dan dia mungkin terlalu takut berjalan dalam lintasan masing-masing, tapi menurut saya kalau pun kalian memilih berjalan masing-masing itu tidak berarti bahwa kalian kembali ke belakang, kalian tetap menyongsong masa depan kalian. yang perlu Diana dan dia lakukan hanyalah menjadi kuat di lintasan masing-masing hingga akhirnya kalian bisa sampai di tempat di mana kalian merasa sendiri lagi. memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Saya tidak berniat meminta Diana mengakhiri hubungan dengannya, toh itu bukan urusan saya, itu cinta kalian, pilihan kalian, tapi saya hanya mau Diana tahu, bahwa kalau Diana mau, Diana bisa membiarkan dia mewujudkan cita-citanya (pernahkah Diana renungkan alasan dia ingin menjadi imam? Pernahkan Diana pikir bagaimana dengan orang tua, saudara dan sahabat-sahabatnya?). Mungkin Ada satu permintaan paling egois yang bisa Diana ajukan ke dia jika memang Diana ingin berhenti: mintalah dia berjanji, kalau pun kalian tidak bisa bersama setidaknya Diana tetap memiliki hatinya. Ada satu hal tentang cinta yang selalu saya percaya: ‘meskipun saya tidak bersamanya, saya tetap bisa mencintainya’. Sadar atau tidak, kadang cinta menuntut kerelaan untuk melepaskan,bukan untuk berhenti mencintainya, tapi karena itulah satu-satunya cara untuk menjaga cinta itu.

      Keputusan ada di tangan Diana dan dia, apa pun yang Diana dan dia putuskan, beranilah untuk menanggung konsekuensinya, karena cinta mampu menguatkan!

      Selamat menyongsong Tahun yang baru Diana,,,, 

      Hapus
    4. Terimakasih Diana. Senang bisa mengenal dan berbincang denganmu. Di hari di mana kamu membalas pesan terakhir, itu adalah hari ulang tahunku yang ke-21 hehe.

      Saya tidak tahu sesuci apa dan bagaimana peran frater di mata umat katolik. Tapi saya paham dengan cita-citanya itu. Nasihatmu benar-benar mengharukan, yang kamu tanyakan memang belum pernah terlintas di pikiran saya. Kami hampir setahun bersama, tapi belum terpikir untuk berpisah. Semester ini saya skripsi dan butuh teman yang bisa selalu mendampingi saya kala sulit dan senang. Orang yang saya anggap the-one itu adalah calon imam bagi agamamu. Saya tahu ini egois bila saya masih terus memaksa dia memberikan waktu dan cintanya hanya untuk saya. Saya selalu mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk suatu hari nanti. Akan saya pikirkan bagaimana caranya berbincang dari hati ke hati untuk membicarakan masa depan kami padanya. Terimakasih sekali lagi, Diana.

      Selamat natal dan tahun baru untukmu..... :)

      Hapus
    5. Wah,,, selamat ulang tahun Diana,,, maaf ucapannya terlambat sekali hehehehehhe

      Anggap saja kata-kata saya itu bagian dari perenungan perjalanan hidup saya,,,
      Benar, Diana harus bicarakan baik-baik dengan dia, bicarakan apa yang terbaik untuk kalian. semoga kalian bisa memutuskan masa depan kalian dengan hati yang tenang dan apa pun keputusan kalian, terima dan jalanilah! (kalau kalian pisah, kalian harus sama2 yakin dan kuat, kalau kalian tidak pisah, kalian harus bisa lebih berani menghadapi tantangan yang ada). Hidup memang seperti ini, kita selalu diperhadapkan pada pilihan-pilihan, tapi ingat, kadang itu adalah cara kita semakin dewasa.
      sampaikan salam saya padanya,,,,

      O iya, semangat ya buat proses menyelesaikan skripsinya,,,, sesulit apa pun proses itu, saya percaya Diana pasti bisa melalluinya! ^_^

      salam,,,, ^_^

      Hapus
  3. Kak, apa yang akhirnya terjadi diakhir maret 2014?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di akhir maret dia hubungi saya lagi, lalu bilang kalau dia sudah tidak menjadi frater lagi, saya sempat rasa bahagia, tapi hanya sesaat karena setelah itu dia bilang lagi kalau dia sudah memilih meninggalkan jalan itu karena seorang cewek, dan cewek itu bukan saya. sekarang dia benar-benar menikmati masa2 menyenangkan dengan cewek itu,,,,, ^_^

      Hapus
    2. Mencintai seorg frater adalah hal yg paling mnyakitkan,.
      Kita tahu bahwa dy tdk mungkin brsama" dgn kita tpi knapa masi sja mgharapkanx, itu adalah hal bodoh yg prnah sy rasakan.

      Hapus
    3. Mencintai seorang frater adalah hal yg paling menyakitkan.
      sy tau bhawa sy tdk mungkin brsama" dgnx tpi masih sja mgharapkax, itu adalah hal yg bodoh yg sy alami. Sy tau bawa mncintaix itu adalah kesalahan sy .
      Di sisih lain sy ingin brsamax, tpi sy jga ingin dy bukan haya menjadi panggilan Yesus mlainkan piliha Yesus,dan sy brtimakasi krna dy prnah mnjadi bagian dlm hidup sy.
      Sy akan slalu brdoa yg trbaik untukx.
      😊😊😊😊

      Hapus
  4. haloo.. senang aku bisa membaca artikel ini. saat ini aku pun sedang merasa fall in love kepada dia yang seharusnya tidak boleh bersama kita. jujur saja kenyamanan ini sangat berbeda. dan aku bisa sangat mengerti apa yang kamu rasa. dan kadang ego kita selalu memenangkan pertempuran dalam pikiran kita. sebenarnya saat saya mengetik ini hati ini sangat bimbang, org yg saya percaya untuk tau hal ini menyarankan saya untuk stop. tapi pasti kamu sudah tau jawabannya sangat sulit, dan yang bisa saya lakukan sampe sekrang hanyalah DOA. doa dan jawaban Tuhan yang selalu aku tunggu. dan aku bakal tetap menunggu walaupun sakit. GBU (:

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin, kita hanya harus tetap kuat dengan keputusan kita. Ada satu hal tentang cinta yang selalu saya percaya: ‘meskipun saya tidak bersamanya, saya tetap bisa mencintainya’. Sadar atau tidak, kadang cinta menuntut kerelaan untuk melepaskan,bukan untuk berhenti mencintainya, tapi karena itulah satu-satunya cara untuk menjaga cinta itu. Kadang saya pikir, mencintai mereka sebenarnya sedeharana saja: Kalau terlalu takut untuk melepaskan dia, maka kita harus cukup berani untuk menghadapi konsekuensi dari mempertahankan dia.

      selamat menyongsong tahun baru,,, semoga di tahun baru ini kamu bisa lebih yakin dengan keputusanmu, berhenti atau lanjut ^_^

      Hapus
  5. saya juga pernah mengalaminya..

    BalasHapus
  6. Diana, I feel you, Dear. Rasa cinta bisa tumbuh kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja tanpa pernah kita rencanakan sebelumnya.

    Awalnya mungkin kamu pernah berada dalam fase "bertanya" apakah benar kamu hanya merasa suka, sayang atau cinta sama dia. Di situlah kamu dihadapkan pada satu kondisi yang rumit. Apalagi mengingat dia seorang frater yang dalam kondisi sadar nggak sadar sudah jelas garis batasannya.

    Seorang frater, sebagai calon imam, sependek pengetahuan saya memang dipersiapkan untuk bisa merangkul umatNya. Gaya bicara, pilihan kata, sebisa mungkin memunculkan yang namanya kasih dan empati. Di sinilah yang kerap bikin seseorang menyukai sang frater: karena dia ramah, lucu, menyenangkan, enak diajak ngobrol, sampai betah meladeni curhatan-curhatan kita yang barangkali susah disampaikan ke orang tua atau sahabat sekalipun. Resultnya bisa ketebak, kalau kita nggak bisa menempatkan diri sekaligus menetralisir perasaan, yang terjadi adalah kita jatuh cinta kepadanya.

    Jatuh cinta yang timbul lantaran kita merasa diperhatikan, disupport, dan dimanusiakan. Cintanya seperti itu. Bukan karena ketertarikan yang gimana-gimana yang lebih mengarah ke fisik ataupun sex.

    However, jadikan kisah cintamu ini sebagai persinggahan hati yang indah dan kaya akan makna. Kamu belajar akan kasih yang tak bersyarat. Dan, ketika kamu bisa melalui semua ini, semoga kamu peroleh yang seiman dan kehadirannya memang dipantaskan untuk dirimu. Tuhan Yesus memberkati. :)

    BalasHapus
  7. Hai diana salam kenal yah....
    Kita memiliki kisah yang hampir mirip hanya saja ketika perasaan saya smakin mendalam saya tidak tau apa yang ad dalam benak doi, dy yg dulu nya bersikap hangat dan sering mencariku tiba2 aja mengabaikan q begitu saja.... Mungkin itu cara dy memberikan pembatas agar cinta nya terhadap Allah Bapa tidak terbagi.....
    Aq hanya bisa menangis bahagia

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai,,, salam kenal juga,,, sepertinya saudari mengalami akhir kisah yang tidak buruk,,,, syukurlah kalau pada akhirnya saudari dan dia mampu untuk saling memahami,,,

      Hapus
  8. Haloo Diana... Salam kenal ya, berkah dalem...
    Perkenalkan nama saya Stephanie panggil aja Steph. Saya ingin berbagi pengalaman. Saya jg sedang mengalami apa yg saudari2 ini rasakan..
    Saya pernah konsultasi dgn seorang dokter dimana beliau adalah prodiakon dan motivator. Beliau berkata bahwa berpacaran dgn frater itu boleh2 saja tetapi apakah siap dgn konsekuensi yg harus diterima. Memang sih berdasarkan pengalaman saya (Steph) konsekuensinya itu seperti: tidak bisa ngedate di sembarang tempat, kalau ketemu dgn orang2 atau komunitasnya harus sandiwara, jarang ketemuan, dll. Kalau sudah siap dgn konsekuensinya ada lagi yg hrs direnungkan yaitu mau dibawa kemana cinta kalian? Tidak mungkin kalian tetap saling memiliki sementara dia tetap pada jalannya. Oleh karena itu lebih baik dijalani dulu sambil masing2 berpikir dan berdoa mohon petunjuk Tuhan mana yg terbaik buat kalian. Pak dokter menambahkan, wanita cenderung punya rasa ketertarikan terhadap pria berseragam contohnya tentara, polisi, dll termasuk kaum berjubah. Karena mereka terlihat menarik dimata wanita. Namun ketika seorang frater itu meninggalkan atributnya apakah masih terlihat menarik? Sebenarnya kalau ada permasalahan "pacaran dengan frater" itu tidak hanya frater saja yg perlu introspeksi tetapi si wanitanya juga apakah mencintai dgn tulus ikhlas sepenuh hati atau karena atributnya. Begitulah kata pak dokter yg saya curhati..

    BalasHapus
    Balasan
    1. haiiii steph,,, salam kenal,,, terima kasih sudah berbagi tentang kisahnya,,, salam buat dokter yang sudah memberikan motivasi dan pencerahan,,, saya jadi pengen juga berkenalan dengan dokter itu hehehehee

      Hapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Haii diana.. Aki juga punya kisah yang sama.. Saat ini dia frater dan kamo pacaran.. Tp dia lebih memilih aku dripada jalan panggilannya.. Dia berkomitmen suatu hari nanti akan menikah dengan saya.. Tetapi dia mssih status fr.. Menurut diana bagaimana ?
    Thanks sebelumnyaa...

    Kisahmu sungguh unik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jalani saja dulu,,,, ke depannya akan ada banyak hal yg terjadi dan menuntut keputusan, semua bisa berubah seiring berjalannya waktu,,, entah itu kalian makin dekat atau malah memutuskan berpisah,,,, yg pasti kalian harus menikmati masa2 di mana kalian bersama,,, dan saling jaga perasaan masing2,,,, :)

      Hapus
  11. Hi, aku jga pnya kisah yg sama. Tpi akhrny kami hrus berpisah.
    Sampai skrang sya mash sush mlepaskn ny.

    BalasHapus
  12. kisah Kamu sungguh trsentuh hati ya Diana...

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  15. Halo ka Diana timoria
    Terimahkasih ka sy baru baca artikel kka dan ini yg saya rasakan saat ini
    Sy sedang bingung dgn perasaan saya yg menyukai org yg sama sperti kka juga
    Tp stelah sy baca semuanya spertix sy akn cpt sadar dan semgo perasaan ini tdk terus terusan

    BalasHapus
  16. Halo kak Diana, salam kenal:)
    Skrng sy juga berpacaran dgn seorang frater, dia blng ingin keluar tetapi bukan krn saya melainkan dia sdh lelah menjalani kehidupannya sbg status frater. Disitu sy sangat senang, tetapi dlm hati kecil sy merasa bersalah takut apabila penyebab dia ingin keluar krn saya. Akhirnya sy menyuruhnya utk berbicara kpd ortunya & menyarankan utk memikirkan scra baik2. Dia skrng dilema utk tetap mengikuti panggilannya atau keluar. Sy menyarankannya agar tetap mengikuti panggilannya krn saya tdk ingin dia mengecewakan org2 yg sdh mendukungnya sampai skrng ini. Sy bingung, disatu sisi saya ingin dia meneruskan panggilannya, tetapi disisi lain sy tdk rela jika kami berpisah krn saya sangat mencintainya. Kira2 bgtu kisah saya, mohon bantuannya:) GBU

    BalasHapus
  17. Hallo kka diana!
    Saya juga merasakan hal yg sama, merasakan sakitnya mencintai seorang frater.
    Sya brpacaran dngan seorang cowok sejak SMA, dia sekolahnya di SMA Seminari! Dan sekarang dia sdh mnjadi frater! Sbelum itu sya takut akan rasa sakit yg nnti sya rasakan! Tpi sya selalu dikuatkan olehnya agar jangan takut! Dia meminta saya untuk ttap menunggunya! Saya bingung kak .. krna skrang dia sdh mnjadi seorang frater.

    BalasHapus
  18. Dan sekarang dia mminta sya untk tidak menunggunya lagi! Bgaimna pndapat kka tntang ini?

    BalasHapus
  19. Ini postingan terpopuler yah...rangking teratas. Pengalaman dulu kuliah di Teknik Mesin Undana, saya sering satu oto jurusan kampus dgn frater2 fakultas filsafat Unika Penfui. Tau tidak apa yg paling menjengkelkan saat satu oto dgn frater2? Iya, cewek2 selalu pengen dekat dgn frater, kita cowok yg lain dicuekin hahahahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahhaa frater2 memang kadang punya pesonanya sendiri,,, mugkin karena kita harus 'berjudi' dengan Tuhan makanya jadi lebih menantang hahahah

      Hapus
  20. Hai kk Diana Timoria cerita kk sangat mengharukan bahkan saya hampir nangis
    membacanya kk
    Bahkan skrg saya mengalaminya kk, tapi saya bukan Katolik tapi protestan tapi kami saling mencintai bahkan udah dari SD tapi dia tidak pernah mengungkap kan perasaannya pada ku karna dia takut hubungan kami tidak akan lama.
    Bahkan udah dua bulan ini ga pernah ngasih kabar lagi😔
    Tapi dia selalu nanya kabar saya ke teman saya kk,
    Aku bingung bagaimana saya harus bersikap kk?

    BalasHapus
  21. Terimakasih untuk cerita indah nan lucunya :) sedikit sharing saat ini saya juga sedang menjalin hubungan kedekatan spesial dengan seorang frater. entah apa yang harus saya lakukan. banyak pihak yang sudah pasti menolak saya melakukan ini. tapi jiwa egois saya lebih tinggi. saya cinta dia dan juga ingin memilikinya. diapun seperti itu. dia bilang bahwa dia akan segera keluar. tapi saya tetap akan selalu mendukung keputusan keputusan terbaik untuknya. entah dia harus bertahan. atau meninggalkan jubahnya :)

    BalasHapus
  22. Eh astaga astagaa ... :") Ternyata aku gak sendirian dong :")
    Aku sekarang juga sedang merasakan perasaan tidak sopan ini, naksir dengan salah satu frater di gerejaku. Anak seminari tinggi pula. Cuma usia dia dua tahun lebih muda dari aku. Baru naksir doang. Tapi aku langsung gercep nyari sosmed dia dan ketemu. Karena kita ga saling kenal. Ku pepet lah. Dan ternyata response nya dia sendiri juga baik, meskipun masih kaku. Dia ramah juga.
    Tapi aku masih tahan-tahan, gak berani aku maju terlalu maju apa gimana karena masih selalu dihantui dengan pikiran pikiran berat, seperti apa yang bakal terjadi ke depannya kalau aku berani coba-coba lebih jauh :") Aku gamau jadi third-wheel antara dirinya dan Tuhan Yesus. Serem banget kalau dipikirin. Tapi ya gitu ..
    Hati selalu gak tau diri ya ..
    Pasti berharap yang iya-iya dan tidak-tidak
    Namun saat ini aku setiap saat masih selalu berdoa, untuk diberikan perlindungan.
    Karena perkenalan antara aku dan dia pasti sudah diatur Tuhan. Jadi aku bersyukur atas itu :)

    BalasHapus
  23. Hai Diana.. saya punya crita yang beda. Kebetulan saya guru Dan ditempat saya kerja ada Frater. Awalnya jadwal mengajar saya tdk sama dgn frater tsb, tapi dengar Dari wakasek sekolah dia ingin jadwal bareng dgn saya. Singkat crita, frater tsb suka dgn saya. Dan dia minta no hp saya. Saya pd saat it tdk ada perasaan apa2 dgn dia. Tapi,frater tsb Slalu caritahu tentang saya melalui guru2 di sekolah. Bahkan status saya sring dia liat. Pernah saya pasang photo dgn gebetan dia langsung menunjukan sikap cuek Dan saya tau Dr sorotan matanya. Jika minta saran apa yg baiknya saya lakukan? Agar frater tsb tetap jadi seorang imam. Bagaimana Cara mengendalikan perasaan serba salahku terhadap frater tsb?

    BalasHapus
  24. Hai kak helen
    Kakak tdk salah to. Frater tsb berhak mencintai kk karena dia layakny laki2 normal saja. Soal dia jd imam atau tdk itu sudah bukan tanggung jawab kakak.
    Pasti fr mempunyai pertimbangan khusus atas pilihan hidupny, saya yakin itu. Dan tuhan sudah memiliki jlan lain untuk fe tsb

    BalasHapus
  25. Ya ampun.... Saya sangat terharu membaca ceritanya. Sy juga punya pengalaman yg sama. Hanya bedanya kami beda keyakinan. Awalnya beliau bukan seorang frater dan kami sdh menjalin hub lama. Entah kenapa saat itu kami lost kontak sy sempat bingung krn smua kontak dia tdk aktip sy tanya kekeluarganya diam n merahasiakan dimana keberadaan dia. Singkat cerita akhirnya sy tau dimana dia berada dan tiba" Muncul foto dia di salah 1 medsos n membuat sy smakin yakin. Saat sy tau keberadaannya sy coba kembalikan barang pemberiannya kealamat dimana dia berada. Harapan sy dia menghubungi saya tp ternyata tidak karena jujur saat itu saya penasaran dtinggal bgitu saja tanpa menjelaskan apapun. tmn" Sy yg katholik memberi nasehat untuk melupakan dia. Sejak trakhir sy kirim paket ke dia itu sy sdh mulai melupakan dia. Namun saat natal dia pulang n menghubungi saya berkali" Awalnya sy tdk mau bertemu krn takut sakit n sudah berniat untuk lupa. Tapi krn sy kasian akhirnya sy mau bertemu dan mendengar cerita dia walau bagi saya itu sudah sangat terlambat. Setelah natal selesai dia kembali keasrama dan kami tdk berkomunikasi lg. Saya sudah semakin iklas dia menjadi frater dan sudah mulai lupa.ketika saya mulai apa yg namanya lupa bbrp bln kemudian tiba tiba sy kepikiran dia dan nangis tiba" Pdhl sy lg g melamun tp lg sibuk bekerja.saat itu sy mau menghubungi salah 1 keluarganya atau bruder disana tapi saya malu.akhirnya sy abaikan perassan gelisah sy ttg dia.saat sy cek email trnyata beliau menghubungi sy via email memberitahukan kondisinya saat itu sy aslinya tdk mau membalas krn takut sakit n g bisa move on tp satu sisi sy harus baik toh gpp juga menjalin silahturahmi. Dan lama kelamaan kami berdua sering komunikasi. Asli berat 1 sisi sy harus jaga perasaan sy n harus pake logika dia bukan untuk sy tp satu sisi sy ingin berteman dgn dia krn slama ini dia baik banget dan slalu menepati apa janjinya (sebelum/sesudah jd frater). Sy salah tdk sih slalu welcome dgn dia....

    BalasHapus
  26. hallo mba diana, terimakasih telah membagikan kisah yang unik dan luar biasa ini. saya juga merasakan hal itu sekarang dan izinkan saya bercerita tentang apa yang saya rasakan...
    awal saya mengenal dia pada bulan maret 2019 digereja, kebetulan saat itu sedang ada acara sehingga banyak sekali pastor, suster, frater, bruder dari berbagai daerah datang untuk mengikuti acara itu. jujur saat pertama kali melihatnya mata saya langsung terpaku dan secepat itu pula saya terpesona dengan pribadinya meskipun saya belum tau siapa namanya. pada saat acara itu, saya tak sendiri(ada beberapa teman2 saya yang juga mengikuti acara itu). singkat cerita acara pun selesai dan tiba2 ada ide dari seorang teman saya untuk tidak pulang dulu, menunggu beberapa saat sambil mengajak beberapa orang imam untuk berfoto bersama, tidak lama muncullah frater itu. saya dengan santai dan polosnya langsung meminta foto bersama, tapi responnya tidak sama dengan beberapa imam sebelumnya yang kami mintai foto bersama, ya.. dia menolak dengan alasan ingin pergi ketempat yang kebetulan tidak jauh dari tempat kami bertemu saat itu. karena sudah ditolak olehnya untuk berfoto bersama, saya pun berusaha bersikap biasa saja, namun tiba2 ada seorang imam lain yang datang dan mengajak kami foto bersama dan hal itu tidak bisa membuat frater menolak xixi alhasil kami semua berfoto saat itu. setelah acara itu dia tak berkabar sama sekali, saya berusaha mencari informasinya, usaha saya tidak sia2. saya mengetahui nama dan profesinya(sebelumnya saya tidak tau bahwa dia seorang frater, karna saat saya bertemu dengannya, dia berpakaian bebas rapi tidak memakai jubah ordo tertentu), 1 per 1 informasi mulai terkumpul tentangnya, saya memberanikan diri untuk mencari sosial media menggunakan nama dari informasi yg saya dapatkan dan benar saya menemukan dia disosial media. saya pun mengikuti sosial medianya untuk mengetahui kabarnya, namun tetap saja dia jarang sekali meng-update informasi disosial medianya. setelah lama tak berkabar, akhirnya dia muncul disosial medianya dengan membawa kabar bahwa dia sudah mendapat kaul dan saat ini tengah menempuh pendidikan disalahsatu seminari. sejak saat itu, dia mulai sering membagikan kegiatan pribadinya kesosial media. sejak saat itu pula saya tidak memberanikan diri untuk berkenalan lebih jauh dengan dia karena saya takut mengganggu dia yang sedang menjalani panggilan. saya tau perjalanan yang sudah dilalui sampai sejauh ini tidak mudah, banyak yang ia relakan. tapi saya juga tidak bisa berbohong tentang perasaan saya, meskipun kami belum saling mengenal hanya sebatas mengetahui. saya sempat bercerita dengan teman karib saya mengenai hal ini, dan dia meminta saya untuk menahan diri dan tidak mengganggu frater itu. hingga saat ini saya pun tengah berusaha untuk tidak mengganggunya melainkan mendukungnya untuk tetap setia pada panggilannya, sulit tapi saya rasa ini yang terbaik.
    (untuk frater : semoga frater tetap setia dan semangat meniti panggilan, semoga frater kuat menghadapi segala cobaan dan semoga Tuhan senantiasa memelihara frater dan panggilan hingga maut menjemput. saya disini senantiasa mendoakan frater, amin..).
    terimakasih, itu sepucuk pengalaman yang saya rasakan. semoga Tuhan senantiasa melindungi kita semua, amin..

    BalasHapus
  27. hai kak aku juga mencintai dan merasa dicintai oleh seorang frater tapi dia belum mengenakan jubah dia masih postulant aku sangat mencintainya kak apa aku salah jika harus melanjutkan hubungan kami ini ??? mohon masukannya ya kak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI