SURAT UNTUK RIX


Ada angin dan butir-butir air
Membentur kaca jendela kamar saya
Di luar hujan
Dingin
Lalu saya merindukan kau

Hy Rix, Apa kabar?

Pada tanya itu ada banyak marah yang berasal dari serentak tertuju pada saya. Kau tahu kenapa Rix? Sebab telah lama tanya itu kandas di pikiran saya. Pernah bahkan selalu ingin saya utarakan padamu, tapi saya takut Rix. Ya benar, saya takut. Kau tahu apa yang saya takutkan Rix? Pertanyaan ‘kenapa?’ yang mungkin muncul dari kau jika saya tanyakan itu. Saya takut kau meminta alasan untuk pertanyaan itu, ‘kenapa saya bertanya demikian?’ nah alasan itulah yang tidak akan pernah bisa saya berikan pada kau. Bagaimana mungkin saya akan mengatakan bahwa saya masih peduli pada kau setelah sekian lama kita tidak bertemu? Bagaimana mungkin kau bisa memaklumi perasaan rindu padamu yang masih setia mengendap dalam dasar hati saya? Bagaimana mungkin kau bisa menerima perhatian dari saya? Siapa saya bagimu? Saudara? Tidak. Sahabat? Kita bahkan tidak cukup dekat untuk saling menceritakan rahasia kita. Pacar? Hahahahha hati saya tergelitik mengetik ini Rix. Meski pun saya pernah sangat ingin membuat kata ini jadi kenyataan, tapi toh tetap saja kita berdua cukup jauh dari kata ini. Teman? Ya teman! Mungkin inilah saya yang tepat bagimu. Teman. Itu sebabnya, sebagai teman saya tidak bisa terus melontarkan pertanyaan ini dalam durasi waktu yang singkat. Kau tahu berapa kali dalam sehari pertanyaan ini muncul? Setiap mengingat kau! Kau tahu berapa kali sehari kau ada dalam ingatan saya? Selalu Rix, selalu!
Setiap hari Rix, setiap hari saya selalu menanyakan kabarmu dalam doa-doa saya.
Kau sibuk  Rix?
Akhir-akhir ini, ah tidak, sudah bertahun-tahun kau tidak menghubungi saya lagi. Ada apa? (jangan dijawab Rix, jika yang akan kau katakan adalah sibuk berpacaran dengan gadis lain. Jawaban itu mungkin akan membuat saya sakit lagi). Masih kau simpan nomor Hp saya  Rix? Tidak? Ah tak apa, toh kita berdua –tanpa kesepakatan apapun- sudah tidak saling menghubungi lagi. Tapi tahukah kau betapa sering saya menatap nomormu di hp tua saya? Tahukah kau berapa banyak pesan untukmu yang tidak pernah berhasil saya kirim? Banyak Rix, banyak! Hahahhaha akhirnya kau tahukan kalau saya seorang pengecut. Bukan hanya itu saja Rix, saya punya ulah lain terhadap nomor Hpmu. Kau ingat sering ada nomor yang menelponmu lalu mematikannya begitu kau berkata “hallo” sebanyak tiga kali? Ah kau mungkin tidak mengingat nomor itu sebab nomornya sering saya ganti. Bahkan kadang saya terpaksa menggunakan nomor teman saya hanya untuk sekedar mendengar ‘hallo’mu. Tenang saja Rix, mereka bukan sembarang teman, mereka sahabat terbaik saya, semoga nanti saya sempatkan kenalkan kalian. Itulah ulah saya  Rix. Itu akibat dari kombinasi rindu dan usil yang  saya punya. Suaramu Rix, saya rindu. Maaf jika saya begitu kekanak-kanakan padamu. Tapi jangan khawatir, nomor hpmu sudah terhapus karena hp saya sudah pandai protes dengan cara mogok karena terlalu sering  saya pakai. Jangan khawatirkan juga jika nomormu akan tersimpan dalam memori otak saya, kau tahukan kalau otak saya lemah menghafal nomor.

Kapan kau pulang dari kota itu Rix?
Saya sudah kembali ke kota kita. Saya sudah meraih gelar dari hasil belajar saya. Kau ingat Rix, kau pernah protes karena saya mengambil jurusan ini. Kau bilang kalau saya mengambil jurusan yang salah. Kau pernah terdengar seperti mengutuki saya tidak akan berhasil di tempat ini. Kau bilang saya harus belajar dunia tulis menulis. Ah Rix, kau tahu? sesungguhnya saat kau katakan itu saya juga sadar bahwa apa yang kau katakan itu benar adanya. Saya juga merasa kalau saya sedang berada di tempat yang tidak sesuai dengan hati saya, tapi Rix, kau juga paham kan kekhawatiran jenis apa yang ada dalam pikiran saya saat itu, bukankah saat itu kita juga sering bertukar pikiran?
Lalu bagaimana dengan studymu sendiri Rix? Sudah hampir selesaikan? Cepatlah pulang Rix, meski mungkin itu tidak mengubah hubungan kita. Kita tetaplah nyaman di dunia ‘asing’ yang kita ciptakan sendiri. Tapi sedikit saja Rix saya ingin melihatmu lagi, menatap matamu, atau sekedar melintas di sampingmu, aroma tubuhmu Rix, mulai memudar dari ingatan saya. Dulu ingin rasanya saya peluk dan  saya cium dirimu (maaf, ciuman pertama yang pernah kita bahas dengan gembira telah diambil orang lain, tapi itu terjadi tidak dengan sengaja, percayalah! Sampai saat itu terjadi saya tetap menyimpan ciuman pertama saya untukmu). Tapi sudahlah, memikirkan semua itu, kadang membuat saya makin takut Rix.

Rix, bagaimana kabar gadismu?
Dia tentulah seorang gadis yang cantik ya Rix, beda dengan saya yang berantakan ini. Dia pastilah pandai berdandan, tidak seperti saya, terkadang bedak saya tidak saya oleskan ke wajah, apa lagi yang lainnya (saya tidak tahu sebutan untuk atribut kecantikan itu hehehehhe saya kampungan ya Rix). Dia pastilah anggun Rix, ah saya jadi malu jika mengingat betapa miripnya saya dengan robot jika menggunakan high hils, hahhaha kau tahu Rix, mama saya pernah menyuruh saya belajar berjalan dengan menggunakan high hils semalaman sebelum hari wisuda saya. Saya bahkan mendapatkan bekas luka karena pernah terjatuh ketika menggunakan sepatu cewek. Ah payah ya saya ini. Kau pasti bersyukur tidak memilih saya sebagai teman istimewamu. Tapi semua tentangmu selalu membuat saya bersyukur Rix. Sungguh!

Kau masih menekuni dunia music Rix?
Semoga iya. Maaf Rix, dulu saya tidak bermaksud mengabaikan duniamu itu. Tidak Rix. Saya hanya tidak terlalu paham tentang apa yang kau katakan tentang musik. Tapi saya selalu berusaha mendengarkan semua ceritamu tentang latihan-latihanmu hingga penampilanmu di panggung. Kau sempat protes ketika saya membiarkan kau bercerita hampir sejam tentang penampilanmu di sebuah konser kecil, kau bilang “ah, dari tadi saya yang omong terus. Kau lagi donk.” Saya tertawa, lalu kau marah. Sesungguhnya Rix, saat itu saya mendengar semua yang kau katakan, saya menghayati setiap jeda saat kau cerita, tarikan dan hembusan nafas saat kau cerita, dan saat itu Rix, aku sedang berjuang membayangkan bagaimana luar biasanya kau saat memainkan gitar di panggung itu. Itu sebabnya saya tidak ingin merusak imajinasi berharga dalam kepala saya dengan hal-hal biasa yang dapat saya ceritakan. Karena saya tahu, di dunia music saya bisa memiliki kau seutuhnya meski saya tidak seutuhnya di sana. Saya memang suka mendengarkan beberapa lagu tapi di dunia itu Rix, tidak banyak yang saya paham. Meski demikian, jika kau bercerita tentang musik, saya pasti akan mendengarkan semuanya, tanpa melewatkan apapun. Karena saya selalu bangga pada kau.
Entah kau sadar atau tidak, tapi kecintaan kau pada musik membuat saya pun tetap mencintai dunia tulis. Dulu kau sering mengajak saya meramu sebuah ide cerita, kau menentukan watak tokohnya lalu saya merangkai jalan ceritanya. Astaga Rix, saya rindu keseruan dan kekonyolan  itu. kau tahu Rix, sekarang beberapa orang menyebut saya penulis, beberaa lainnya menyebut saya penyair, ah mereka mereka terdengar menyebalkan. Saya tidak mau disapa begitu Rix, makanya nanti (seandainya kita bertemu lalu saling sapa) kau jangan memanggil saya demikian ya, berjanjilah! Jika kau ingkari saya akan jitak kepalamu.
Eh Rix,  kau sudah tumbuh jadi pemuda tampan ya. Saya melihat foto-fotomu di akun FBmu, kau tampan Rix, sangat Tampan! Kau memiliki tubuh tegap yang membuat kau tampak dewasa. Kau tampak berbeda sedangkan saya masih tetap jadi Dian yang seperti dulu, bahkan lebih parah lagi, makin berantakan hehehehehe.

O iya Rix, saya hampir lupa. Kau jangan khawatir lagi apakah saya masih mencintaimu atau tidak, saya sudah tidak mencintaimu lagi Rix.
Rix, ada seseorang yang kini mendiami hati saya. Dia memiliki hati saya seutuhnya, itu sebabnya saya sudah tidak menggangu kau lagi dengan miskol menggunakan nomor baru, saat ulang tahunmu (sering saya pergi mendoakan kau di sebuah gua Maria) saya juga sudah tidak lagi menuliskan kartu ucapan selamat ulang tahun yang selalu berhasil saya tempatkan di dasar laci meja belajar saya, ya saya tidak pernah mengirimkannya, dan saya juga sudah tidak mendoakan kau lagi.
Dia, Rix saya benar-enar mencintai dia.
Kepada dia saya mempercayakan hati saya seutuhnya. Karena dia juga saya berhasil membuang jauh rasa takut akan luka yang pernah membuat saya tobat mencintai, untuk dia saya ingin menjadi wanita yang bisa membuatnya bahagia meski kadang saya tidak tahu bagaimana caranya. Itu sebabnya Rix, jika kau baca tulisan ini lalu menemukan masih ada rindu untukmu jangan kau pikir kalau itu bagian dari cinta, tidak Rix, bukan itu, rindu yang mungkin masih ada dalam surat konyol ini hanyalah bagian dari luka yang pernah kau toreh, luka yang hampir berhasil saya sembuhkan. Jika luka itu sembuh Rix, itu bukanlah karena cinta darinya atau kebencian padamu, tapi karena saya sadar setelah pernah bahagia mengagumimu, lalu bertahun-tahun menikmati luka yang teramat perih darimu, kini saya pun berhak bahagia untuk bisa membahagiakan orang lain, untuk bisa bahagiakan Dia. Dia Rix, pria yang saya cintai itu.
Rix, pukul 23 hampir berlalu, saya sudahi saja tulisan ini. Meski pun saya menuliskan untuk kau tapi alangkah baiknya kalau kau tidak usah membacanya hehehhehehe tuh kan, saya masih saja pengecut. Ah sudahlah, kalau pun kau membacanya tetap tidak ada yang berubahkan? Kita tetaplah dua orang yang sama-sama asing untuk saling menyapa.
O iya, sampaikan salam saya buat sepupumu itu ya, bilang padanya dia selalu jadi sahabat baik saya.
Bye Rix, sampai ketemu entah kapan.

Dari:
Perempuan yang pernah ngotot mencintaimu tapi teramat ikhlas kini ikhlas merelakanmu
Dian.

Komentar

  1. Betapa bahagianya Rix,,jika ia membaca tulisan ini ( walaupun sdh tdk ada cinta utkx saat ini), setidaknya dia bangga , ada org yg selalu menunggu nya (dulu)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaahaaha kak maya ooooo..... 😂😂😂😂

      Hapus
  2. Rix pasti bangga.jika ia.membaca tulisan ini , ada yg diam2 menyukai nya ,,bahkan menunggu nya (mungkin)

    BalasHapus
  3. Cah.. I love this last part "Dari:
    Perempuan yang pernah ngotot mencintaimu tapi teramat ikhlas kini ikhlas merelakanmu
    Dian."

    lrisar.wordpress.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahha saya juga paling suka itu kalimat makanya saya simpan di bagian akhir,,,, ahhaha

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI