ANAK-ANAK SUNGAI


Di Lai Nggadung kalian menertawakan mimpi buruk semalam sambil menyelam di dasarnya
mencoba menemukan butir-butir rembulan 
yang kalian sembunyikan dihari pelangi tak muncul dalam rupa bias warna 


(melewati padang dan kandang
Menanggalkan pakaian kumal
Kalianlah yang bersorak tanpa handuk dan busa sabun
lalu berseragam
tanpa lupa menyelipkan baju kalian di antara semak atau membiarkan di atas batu yang mencuat.
-semesta menjaga setiap keutuhan cinta kalian-) 

Di Lai Hambar kalian menyoraki dongeng yang tak selesai di baca sepasang pendongeng serupa penyihir sambil sesekali mengagumi geliat arusnya yang menghanyutkan banyak kata tanpa sempat kalian sisipkan di saku seragam lusuh itu.
Penyihir yang tak pernah pulang itu, sudah kalian hanyutkan di sana? 

(melewati padang dan bukit
Kalianlah yang berloncatan lincah di antara ilalang dan semak
di antara bunga liar dan kerikil
di antara dua bola mata saya yang mengabur
Sebelum rebah
-semesta tentulah merayakan setiap cinta dari kalian-)

Dalam satu dongeng kalianlah yang pemilik mantra yang belum sempat dibacakan,
Pergilah
Larilah
Belajarlah
lalu bacakan lagi mantra itu
bawa saya (dan dia)
Pulang! 


Tana Humba, 2017

(cat: lai nggadung dan lai hambar adalah nama dua sungai yang harus dilewati anak-anak ini untk tiba di sekolah.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI