ANAK TANGGA KESEKIAN





 Anak tangga kesekian
Dan kita mulai mengenali arah doa, wajah tuhan, lalu berhasil memungut angka yang pernah kita jebak dalam lembaran kalender yang terselip di ingatanmu tentang langit, tentang awan, tentang semesta

 Anak tangga kesekian
Kita tak lagi bertanya soal rindu atau cinta atau luka
Kita hanya merasakan sambil terus candu


Anak tangga kesekian

Saya berhenti. Kau terdiam.
Kita sama-sama lupa memelihara gugupnya 

rasa takut yang kerap menjelma tawa. 

Saya berhenti. Kau terdiam.
Kita sedang terluka. 


Anak tangga kesekian. 

Kau tiba di samping saya. 
Kita daraskan doa yang lebih deras dari hujan. 
Kita taburkan puisi yang lebih kabur dari kabut. 
Kita ucapkan mantra yang lebih teduh dari kerlingnya senja 
atau beningnya embun. 

Anak tangga kesekian

Pintu mulai membiru
Jendela mulai memutih
Kita belum menua


Anak tangga kesekian

Saya tak menghitungnya, kau?


Waingapu, 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI