TENTANG BEKERJA DI TIGA KABUPATEN BERBEDA DI PULAU SUMBA
Suasana kota Waikabubak, kota tempat tinggal saya sekarang |
Pertengahan tahun 2018.
Saya tidak merasakan waktu
berlalu begitu cepat, begitu pula sebaliknya. Saya selalu menikmati semuanya dengan
santai.
Sejak wisuda tahun 2015 dan
pulang ke Kabupaten Sumba Timur pada tahun yang sama, saya sudah bekerja di
tiga kabupaten berbeda di pulau Sumba.
Yang pertama adalah kabupaten
Sumba Timur lalu di ujung sumba lainnya yakni kabupaten Kabupaten Sumba Barat Daya, dan saat ini di kabupaten Sumba Barat.
1.
Kabupaten
Sumba Timur.
Kabupaten Sumba
Timur adalah tempat saya pulang sebab rumah dan keluarga saya ada di sini. Walau
pun sudah hidup lama di kabupaten Sumba Timur, namun sampai dengan kepulangan
saya setelah kuliah saya masih asing dengan daerah ini. Yang saya ketahui hanya
beberapa tempat yang sering saya kunjungi seperti sekolah, gereja, kampug mama
saya, rumah sahabat-sahabat saya dan juga beberapa warung bakso langganan saya. Sebelum bekerja, sempat juga menjadi relawan dan panitia untuk event sastra dan
budaya, tapi tidak akan saya ceritakan ditulisan ini. Awal bekerja di kabupaten
Sumba Timur saya mendapat tugas di sebuah kecamatan di wilayah Lewa, tepatnya
Lewa Tidahu atau yang sering di singkat Letis (Lewa Tidas). Saya harus
menjelajah enam desa yang ada di kecamatan itu. kesulitan yang paling terasa
adalah ketika saya berusaha menemukan alamat kantor camat di hari pertama
bekerja. Kenapa sulit? Karena saya saya tidak tahu letaknya, jangan kan kantor
camat, letak wilayah kecamatan itu saja saya tidak tahu. Google maps? Jangan tanya!
Saya masih gaptek saat itu (dan sekranag juga. Jadi, dengan modal seorang teman
yang juga cuek, berangkatlah kami ke kecamatan itu. Sempat nyasar dan setelah
kembali lagi ke arah yang ditunjuk kami bertanya lagi. Entah berapa puluh kali
kami bertanya, kepada bapak yang sedang berjalan tanpa alas kaki, kepada mama
tua yang sedang memotong ranting kayu di pinggir jalan, ke anak-anak berseragam
SMA, SMP, ke seorang yang sedang memarkir motor, ke segerombolan warga yang
duduk di bale-bale rumah, dan sebagainya. Kenapa kami harus bertanya sebanyak
itu? sebab saya dan teman saya itu sama-sama tidak bisa memastikan yang
dimaksudkan dengan jarak “satu kilo” atau “dua kilo” atau “tiga kilo” yang
biasanya ada dalam kalimat “masih sekitar dua kilo (atau tiga kilo) dari sini
rambu”. Satu-satunya petunjuk yang selalu berhasil kami lewati adalah petunjuk
yang mengarahkan kami harus ke kanan atau ke kiri.
Karena itu,
penting bagi kau untuk bisa menerka jarak dan memahami petunjuk arah dari warga
yang kau tanya. (yah walau kadang, orang bilang, kalau sering sekali jarak
sekian kilo yang dikatakan itu meleset jauh dari yang sebenarnya, tapi
setidaknya kau punya gambaran jarak dalam kepalamu)
Selain di Letis, saya
juga sempat bekerja di Desa Tanggedu dan Desa Napu. Hmmmm tentang itu bisa
dibaca di pengalaman yang pernah saya bagikan dulu, di sini.
2.
Kabupaten
Sumba Barat Daya
Saya berada di
kabupaten ini di tahun 2017. Sebuah lembaga mempekerjakan saya untuk dua wilayah
kabupaten yaitu kabupaten Sumba Barat dan
kabupaten Sumba Barat Daya (selanjutnya saya sebut SBD), sementara kabupaten Sumba Timur dan kabupaten Sumba
Tengah dikerjakan oleh rekan senior saya. Di awal kerja, saya sempat ditanya,
nanti mau tinggal di mana, Waikabubak (Sumba barat) atau Waitabula (Sumba Barat
Daya). Saya memilih Waitabula, kenapa? Entahlah, saya hanya merasa memulai dari
ujung akan lebih bagus dan akhirnya saya menetap di kos.
Di SBD saya
bertemu sekelompok anak muda yang menamakan diri komunitas Jruk Sumba, nanti
saya kan bercerita lebih banyak tentang komunitas ini. Saya bergabung dengan Jruk Sumba dan menemukan bahwa jiwa kerelawanan saya bisa tersalurkan di sini. Pada akhirnya kehidupan saya seimbang, pekerjaan saya menyenangkan dan
teman-teman di komunitas ini sangat pantas disyukuri. Ini tahun yang baik. Saya
suka. Di kabupaten ini pula saya menemukan banyak orang inspiratif seperti pejuang
pertanian organik, perempuan sumba yang tangguh, anak-anak yang luar biasa dan
alam yang cantik. Sesekali ketika bekerja atau pun beraktivitas bersama
komunitas Jruk sumba, saya mendapat bonus berkunjung ke tempat menarik di dua
kabupaten ini, mulai dari pantai hingga rumah adat, dan lainnya.
Hal paling sulit
ketika bekerja di kabupaten ini adalah mendapatkan ijin dari orang tua untuk
tinggal di kabupaten ini, susah payah saya yakinkan mereka bahwa saya akan baik-baik
saja berada di kabupaten yang jaraknya berjam-jam dari rumah yang juga sering
melahirkan cerita-cerita tentang hal-hal yang membuat orang tua takut. Ya, di
titik itu saya berusaha memahami perasaan bertanggung jawab dari orang tua saya
terhadap anak mereka. Tantangan lain adalah membangun pertemanan karena saya belum pernah tinggal di kota ini, jadi
dengan koleksi dua teman semasa kecil dan satu teman Imam yang sama-sama hobi
menulis saya berusaha mencari
teman-teman lain hingga akhirnya daftar pertemanan saya cukup mengejutkan
sekaligus bikin saya bangga dengan diri sendiri yang tenyata bisa menjalin
pertemanan dengan banyak orang, bahkan sekarang kalau ke SBD, saya
rasa tidak perlu khawatir lagi mau makan dan tidur di mana, saya punya banyak
teman yang baik di sana.
3.
Kabupaten
Sumba Barat
Saat ini pertengahan
2018, saya masih di kabupaten ini sejak Januari 2018 lalu. Bekerja di salah
satu lembaga yang berkantor di wilayah ini memberikan saya kesempatan untuk
menikmati suasana pagi, siang, sore dan malam di wilayah ini. Ini kota yang
dingin, tapi menyenangkan sebab mudah menjangkau dua kabupaten lainnya yakni kabupaten
Sumba Barat Daya dan kabupaten Sumba Tengah.
Kenapa itu jadi menyenangkan? Karena saya tetap bisa berkarya untuk aktivitas
relawan saya bersama Jruk sumba di Sumba Barat Daya serta bisa bertemu banyak
teman lainnya di Sumba Tengah bahkan membuat kegiatan bersama mereka. Itu
menyenangkan.Sejauh ini, hal paling sulit yang saya alami di tahun ini adalah saya
Begitulah, dunia pekerjaan memang selalu penuh kejutan. Saya suka.
Untuk kabupaten Sumba Tengah, meski pernah menghabiskan masa kecil di sana, tapi saya masih berharap, suatu saat nanti saya diberi kesempatan untuk bekerja di sana.
Banyak orang di luar sana yang iri. Sumba itu indah. Orang perlu keluar puluhan juta untuk bisa ke Sumba. Berbahagialah mereka yg tinggal di Sumba hahahahaha. Berharap suatu saat bisa ke sana.
BalasHapushahahaha ayo kak... mari ke sumba,,, lagian selama tidak nginap di hotel terbaik dunia itu, tidak perlu dana sampai puluha juta kok kak,,, :)
Hapus