Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

ATA NGANDI (HAMBA YANG DIBAWA)

Perempuan di gerbang itu, membawaku pada kenangan belasan tahun silam. Namanya Ida. Tubuhnya mungil, tidak gemuk tapi berotot, geraknya lincah. Kalau aku tidak salah menerka, usianya delapan tahun. Rambutnya kusam, menampilkan warna senja yang kemerahan. Wajahnya lebih sering tersenyum, dia bocah yang ceria, ia selalu tertawa setiap kali menghampiriku.

PERJALANAN TENTANG KASIH

Gambar
Untuk: seorang ibu di hari pertama ia mengecup bayinya Pada satu matahari kau memilih mendiami langit yang berbeda Ada musim yang tak mahir kau tebak di sana Kemarau dengan banyak percikan api Hujan dengan banyak butiran air

SEKILAS TENTANG 'PAUHINGU SENI' 'SUMBA ART GATHERING' 'FESTIVAL SASTRA MINI'

Gambar
Kak Eka, mbak Opie Andaresta, Sarah, kak Wenda, kak Hanne, Adit, Milia, Rani, Sari, Nia Lede, Nikolas Saputra, Anaci Tnunay, Kak Dicky, Mbak Riris, Mbak Olin, Arnold, kak Fransiska Ika dan saya seusai workshop cerpen   Rencana akan mengadakan festival sastra mini sudah diberitahukan oleh Mbak Olin Monteiro beberapa bulan lalu. Saat itu, saya belum memiliki kesibukan yang berarti selain menuliskan beberapa cerita pendek dan puisi karena saya baru saja diwisuda dan belum mendapatkan transkrip nilai yang bisa digunakan untuk mencari kerja. Di sela-sela aktivitas menganggur saya, tentu saja saya menyambut baik dan penuh semangat rencana festival ini.

LUKA

Gambar
  Kau, entahlah. Aku merasa kau begitu memprihatinkan. Sangat amat. Kau seperti hidup sebatang kara. Kini tidak ada pilihan yang harus kau pilih kecuali menerima akibat pilihanmu dulu. Kau hanya perlu menjalani apa yang tersisa dari hal yang kau sebut harapan dan cinta. Yang dulu begitu kau agungkan. Kebanggaan tiada tara kau pertontonkan dalam senyum ceriamu saat namamu yang bersanding dengan namanya menduduki tempat termanis di lidah kami. Para perempuan yang haus gosip. Para sahabatmu yang ingin melihat kau bahagia. Tapi mengapa harus kau yang terluka? Itu tidak adil, benarkan?

BELAJAR MENCINTAIMU

Gambar
Aku belajar mencintaimu Sebagai pagi yang memiliki embun di semaknya, Bening.

AKU MENCINTAIMU

Gambar
Sabana: Ia yang luas, dengan hamparan semak yang tidak beraturan dan bebatuan yang tidak sejajar, tidakkah kau ingin melintasinya dengan bebas?

“TENTANG CINTA, HARAPAN DAN KAU”

Gambar
Ada yang salah dengan perasaan ini. Harusnya perasaan ini tidak perlu ada. Semuanya berawal dari percakapan kita di awal kuliah dulu lalu berlanjut dengan sebentuk rasa kagum pada dirinya yang mahir memainkan gitar serta aktif dalam pelayanan. Suatu hari , saat ia menyanyikan lirik-lirik lagu Bruno Mars saat itulah aku mulai suka mencuri pandang padanya, aku mulai bersyukur atas moment dimana aku bisa menikmati kebersamaan dengannya. Sayangnya dia sudah memiliki seorang kekasih, aku harus bisa puas hanya dengan menyimpan rasa kagumku dalam hati hingga suatu hari terdengar kabar bahwa ia dan pacarnya telah putus karena perbedaan keyakinan agama. Tentu saja aku senang mendengarnya. Tanpa sadar kekaguman itu tak bisa kukendalikan hingga lahirlah benih cinta. Harusnya saat itu aku membuang benih itu jauh-jauh, tidak perlu kupupuk dengan sejuta harapan tanpa tujuan. Itu adalah kesalahan pertamaku.

DI PERSIMPANGAN

Gambar
Suatu saat ketika hari masih siang, aku dan kau tiba di sebuah persimpangan jalan. Kita sama-sama berhenti, sama-sama menikmati titik itu dan sama-sama berpikir kemana kita akan melangkah bersama. Sejenak kita berdebat sebab dihadapan kita terbentang arah yang tidak sama tujuannya. Kusebut saja itu angin dan hujan.

SURAT UNTUK RIX

Gambar
Ada angin dan butir-butir air Membentur kaca jendela kamar saya Di luar hujan Dingin Lalu saya merindukan kau Hy Rix, Apa kabar?

TENTANG AKUARIUM DAN SEORANG TEMAN

Dihadapan sebuah aquarium yang kau banggakan sebagai keindahan (menurut saya ini adalah salah satu keindahan yang kejam), terjadilah percakapan kita ini. “Kau tahu berapa kali mereka membentur dinding kaca ini? Kau tahu betapa mereka ingin berenang lebih jauh lagi?”

KUPU-KUPU YANG MEMBAWA SENJA DI SAYAPNYA.

Gambar
KUPU-KUPU YANG MEMBAWA SENJA DI SAYAPNYA (Diana Timoria) (HASIL BERCERITA DENGAN SEORANG TEMAN COWOK): Pernah ada seorang wanita di hidup saya. Pada suatu pagi, ia terjaga, tanpa pernah tau kapan dan berapa lama ia terlelap. Ia hanya tau bahwa pikirannya terlalu menumpuk dalam batok kepalanya. Hingga ia jenuh dengan segalanya. Ia kelelahan menghadapi setiap waktu yang ia punya: waktu yang telah lalu dan yang akan datang. Katanya: “ Saya mulai ketakutan setiap pagi, saya ingin waktu segera berlalu, biar bisa menikmati senja.”

CATATAN KECIL TENTANG ‘PARAMPUAN PUNG CARITA’

Gambar
  Pameran foto para perempuan NTT di Forjes café. Tulisan ini mungkin terkesan terlambat, tapi saya berharap tidak basi hehehehe. Kejadian dalam tulisan ini sudah berlangsung dua hari sebelum saya memposting tulisan ini. Saya tidak bermaksud menunda memposting tulisan ini namun saya sengaja melakukannya di hari istimewa ini. Hari istimewa bagi seorang perempuan, karena hari ini kita memperingati hari perempuan internasional. Sebagai seorang perempuan, saya tidak ingin ketinggalan untuk mengambil bagian dari perayaan besar ini meski pun hanya melalui tulisan singkat ini. Tulisan tentang segelintir perempuan NTT yang ‘berani’ tampil melalui karya mereka dalam bentuk foto yang ditampilkan dalam pameran foto di Forjes café.