SURAT UNTUK RIX (2)




Tidak  apa  jika  kau  tidak  rindukan  saya
Tapi  saya  rindu

Hy Rix,,, apa kabar?

Kau tentulah dalam keadaan baik-baik saja. Saya tahu itu, karena akhir-akhir ini bunga liar di sekitar rumah saya mekar dengan cantik. Kau pernah bilang, itu kiriman manis yang kau titipkan lewat alam. Kau bilang, bunga-bunga kesukaan saya itu akan mekar cantik saat kau dalam keadaan bahagia. Saya senang kau bahagia Rix, entah apa pun alasannya.
Semoga kau segera pulang ke kota kita Rix, di kota ini makin banyak orang yang saya kenal tapi saya makin merasa sendiri. Mungkin karena kau belum juga pulang atau mungkin karena semua teman-teman saya yang dulu mulai sibuk dengan dunia mereka sendiri, beberapa lainnya bahkan sudah menikah Rix hehehehe.
Masih berapa jauh perjalananmu Rix?
Kau lelah?
Kau masih beristirahat?
Kau tidak tersesatkan Rix?
Seandainya kau masih membutuhkan banyak waktu unuk pulang, itu tidak masalah buat saya Rix, sungguh! Itu tidak masalah! Saya masih bisa menunggumu, setahun, dua tahun atau pun bertahun-tahun yang kau butuhkan untuk kembali, tapi kau jangan lupa untuk pulang ya, pulang di kota kita, pulang pada mimpi-mimpi yang pernah kita ceritakan pada langit kota kita.
Seandainya kelak jika kau pulang, entah kapan waktunya, lalu kau tak menemui saya di kota ini, atau mungkin di tempat yang dulu sering kita kunjungi untuk sekedar berbagi cerita, jangan pergi lagi... yakinlah, saya ada dan tetap ada! Saya ada di satu tempat yang dinamai kerinduan. Di satu tempat yang tak peduli seberapa jauh pun jarak kita, kau tetap ada di sana. Yakinlah, saya tetap ada untuk kau. Cobalah untuk menunggu hingga saya kembali, jika pun kau tak bisa, itu tak apa, kau boleh memilih pergi,,,,,,
Rix, bagaimana kabar langit di kotamu? Masih suka berawan? Masih cantik senjanya? Di sini akhir-akhir ini makin sulit membiru, lebih sering kelabu. Tapi saya mulai suka langit musim ini, terkadang ada banyak jejeran awan terlihat, putih dan banyak. Ada banyak angin mulai terasa, bening dan riuh.
Rix pulanglah.
Baiklah Rix, saya tahu saya sedang cengeng dengan menyuruh kau pulang. Mungkin ini karena saya sedang sedikit ketakutan. Akhir-akhir ini saya memang lebih sering gugup Rix, saya lebih sering melupakan banyak hal, sialnya kau pun hampir saya lupakan. Maaf. Tapi semuanya terjadi bukan tanpa alasan, sesuatu yang ada di pikiran saya mampu menyedot semua keberanian saya. Saya takut Rix, kau di mana?
Kau tahu Rix, saya tidak pernah sekalut ini. Apalagi sampai merengek untuk kau pulang. Tak pernah kan Rix? Tapi sesuatu sedang terjadi dalam diri saya, tidak bukan cuma satu hal, melainkan beberapa hal lainnya. Salah satunya adalah seseorang yang hampir dua tahun ini dekat dengan saya akhirnya memilih pergi. ‘kita jalan masing-masing saja dulu’ begitu katanya Rix. Entahlah, sepertinya semuanya salah saya, saya terlalu asik dengan dunia di mana saya bisa belajar banyak hal, di mana saya mulai mengenal ritual-ritual yang teramat setia di jaga leluhur saya, mungkin karena saya terlalu asik dengan nyanyian dan candaan bocah-bocah di kebun kacang kareka sambil sesekali berlari melintasi bukit dan berkuda, mungkin saya yang terlalu serius mendengarkan mereka berkata-kata tentang musim, menghitung jejak matahari, menakar jumlah hujan yang turun, menyesali kemarau, mengutuki kejahatan, meramalkan keberuntungan dan banyak lainnya, mungkin saya yang kini tidak hanya kecanduan minum kopi tapi juga memamah sirih pinang, kau tahu Rix, happa itu membuat bibir saya ranum, saya suka.  Mungkin saya yang terlalu asik mencintai dunia saya ini, hingga akhirnya saya mengabaikan cinta untuknya. Dan ketika dia memutuskan pergi, saya tahu saya telah melakukan kesalahan besar, sayangnya dunia dengan ritual dan warisan gaib, dunia dengan banyak musim dan derap kuda, dunia dengan aroma sirih pinang berbaur kopi malah meyakinkan saya bahwa saya hanya akan membuat dia lebih sakit jika berada dalam hubungan di mana mengabaikannya adalah sesuatu yang tidak bisa saya hindari. Karena itu dengan berat hati saya ingin meyakini bahwa keputusan ini adalah yang terbaik.
Itu hanya salah satunya Rix, ketakutan lainnya akan saya ceritakan ketika kau pulang nanti, dengan segelas kopi di hadapan kita. Tak ada pisang goreng ya Rix, pisang di kampung saya sedang terserang virus, pohon-pohonnya banyak yang ditebang dan dibakar hehehehe.
Rix, kau benar-benar akan pulang kan nanti? semoga kita masih sempat bertemu, saya ingin pergi Rix.
Salam
Diana timoria.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI