MARI MEN-‘JELAJAH NUSANTARA’ Bersama enam belas peneliti



sumber foto: http://persakmi.or.id/content/uploads/2016/05/Jelajah-Nusantara-3-small.jpg


Saya mengetahui tentang e book ini setelah di-share oleh seorang dosen di kampus saya dulu. Namanya pun ada dalah salah satu penulis dalam buku ini, beliau menulis tentang sumba. E book ini memuat kisah perjalanan di beberapa tempat di nusantara, mulai dari papua hingga aceh. Meski pun tidak semua provinsi diceritakan namun paling tidak terdapat beberapa hal yang dapat disimak dari buku ini. Kisah yang ditampilkan bukan kisah ilmiah yang terlampau berat, kisah ini disajikan dengan polos, jujur dan menarik karena setiap perjalanan diceritakan apa adanya, pemikiran yang lahir dalam berbagai situasi disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siapa saja. Buku ini merupakan pengalaman yang didapat penulisnya karena menjelajah desa dan menemukan banyak pengalaman yang setidaknya dapat memberikan inspirasi bagi mereka dan inspirasi itu disebarkan juga kepada yang lainnya.

Sekilas jika melihat judul buku ini mungkin kita dapat menduga isinya. Ya, buku ini menceritakan tentang banyak hal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Namun ketika melihat judul-judul tiap tulisan di dalam buku ini  saya jadi ketagihan membacanya sampai tuntas. Judul-judul itu menampilkan beberapa nama tempat atau lokasi yang belum pernah saya tahu sebelumnya. Kombinasi antara rendahnya koleksi pengetahuan di kepala saya tentang tempat-tempat itu dan rasa tertarik untuk mengetahui ‘ada apa disana’ membuat saya langsung membaca buku ini setelah mendownloadnya.
Dan ternyata buku ini memang menarik. Di Tolikara ada palang duka berupa pohon di tengah jalan yang dibuat masyarakat akibat kematian salah satu tokoh. Di Maluku Tengah ada kisah kematian ibu dan anak yang perlu disayangkan. Di Maluku Utara ada legenda dan cerita tentang filariasis serta keterbatasan alat-alat kesehatan yang seharusnya tersedia. Di sumba barat daya dan sumba barat ada beberapa masalah kesehatan yang bersembunyi di balik cantiknya alam dan budayanya yang menggiurkan warga lokal dan asing. Di makasar ada soto yang bisa menjadi media keakraban serta layanan home care yang dinilai masih kurang maksimal dalam menyelesaikan masalah di masyarakat. Di kabupaten Tojo Una-una poli jiwa jadi sorotan, selain itu pencapaian perubahan personal hygiene di desa mine membuat saya juga ikutan penasaran tentang prosesnya namun sayang pertanyaan itu belum sempat ditanyakan oleh peneliti yang menulis artikel itu. Di Katingan ada cerita tentang ‘penyakit kronis’ bangsa ini yakni data yang tidak akurat, saling bertentangan atau tidak tersedia sama sekali. Artikel ini mengingatkan saya pada beberapa hal yang sering saya temui di lapangan, namun untunglah pada akhirnya penulis bertemu orang-orang yang tepat. Di Melawi ada misteri tentang lusung. Di Kutai Barat ada ritual penyembuhan yang di sebut  beliant yang kemudian juga dimanfaatkan oleh instansi kesehatan untuk melakukan penyuluhan karena pada saat-saat seperti itulah masyarakat berkumpul. Di Pamekasan tantangan terhadap penyembuhan penyakit kusta masih harus terus dihadapi. Di desa Wukirsari ada wedang uwuh dan khasiatnya yang terancam terlindas oleh zaman modern mengingat ada banyak minuman lain yang lebih praktis di suguhkan kepada tamu. Di Bangka Selatan ada kolong yang merupakan bekas aktifitas manusia modern: galian tambang timah, kolong ini dibiarkan begitu saja tanpa pemanfaatan yang berarti, ya sangat disayangkan padahal foto-foto yang terlampir dalam artikel ini seakan hendak memberitahukan bahwa ada alam yang cantik di sana. Di Toboali ada cerita tentang tingginya angka kecelakaan  motor dan ternyata anak-anak muda di sana pun menyukai sinetron ‘anak jalanan’ hehehehe. Di desa Muara Danau, Bengkulu selatan ada prosesi adat yang disebut Lengguai  yang menggunakan rokok sebagai salah satu bahan untuk menjalankan prosesi tersebut, dan menariknya ada juga istilah ‘safari asap’ untuk ritual tersebut, ini menarik sekali dan saya jadi penasaran dengan ritual ini. Di kepulauan Anambas ada kecantikan alamnya yang mempesona sekaligus keterikatan penderita dengan dukun yang sangat kuat. Di Nias barat, usai melewati jalanan ekstrim ada Niki dan kisah gizi buruknya yang membuat hati tersentuh. Di Simeuleu ada kisah tentang gempa yang saking seringnya muncul di sana, masyarakat tidak lagi panik dan langsung tahu harus berbuat apa dan harus ke mana. Selain itu, ada juga kisah tentang kebiasaan minum kopi (astaga, saya jadi mau juga minum kopi di sana hehehehehe) dan tentang pengaruh air hujan terhadap kesehatan gigi dan mulut masyarakat di sana. Dan juga dilengkapi dengan aktifitas memancing dan pemandangan yang cantik. Di Abdya ada kisah tentang tanah racun dan wacana yang dibangun oleh tenaga kesehatan.
Dalam buku ini kita bisa melihat kompleksitas masalah kesehatan yang ada di indonesia, meski tidak semuanya terangkum. Buku ini seakan mau mengatakan agar jangan mudah tertipu dengan kecantikan alam suatu wilayah, atau kesuksesan program yang kemudian mengantarkan wilayah tersebut sebagai penerima penghargaan, atau angka kesakitan yang tertera dalam data karena bisa saja dibalik semua hal tersebut ada kasus yang bersembunyi, ada penyakit yang terus berkembang tanpa dipedulikan baik oleh masyarakat sendiri atau pun kaum intelektual di bidang kesehatan. Apalagi Kenyataan bahwa ditemukan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan hal-hal mistis. Hal ini tentu bukanlah hal yang baru bagi kita yang sering keluar masuk kehidupan masyarakat. Begitu juga hal-hal yang berkaitan dengan data yang tersedia, ada baiknya dilakukan pendalaman lagi bila perlu langsung menyentuh kehidupan masyarakat itu sendiri, karena bagaimana pun seorang kesehatan masyarakat dituntut untuk lebih kritis terhadap apa yang ia baca atau pun dengar, seperti salah satu artikel dalam buku ini, saya salut dengan usaha yang gigih untuk mengetahui keberadaan penyakit lainnya yang sebenarnya mudah dideteksi tapi malah tidak tersedia data untuk itu, yang tercover malah hanya data yang berkaitan dengan program-program dari pusat.
Untuk menutup tulisan singkat yang mungkin membacanya hanya membuang-buang waktu kalian, saya hanya ingin mengatakan bahwa ada banyak kader kesehatan masyarakat di luar sana yang sudah mendapatkan kesempatan untuk berkarya di tengah masyarakat dan saya percaya mereka mengalami banyak dinamika dalam kehidupan karya mereka. Saya pikir alangkah baiknya jika mereka pun dapat menuliskan hal-hal seperti yang ada dalam buku seperti ini: hal-hal yang mereka temui langsung di sana, hal-hal yang membuat mereka gelisah tentang kesehatan di negara ini, hal-hal yang mungkin ingin mereka bantah, hal-hal yang mungkin ingin mereka rubah menjadi lebih baik, hal-hal yang mereka khawatirkan atau yang mereka banggakan, hal-hal yang mampu menyentuh, hal-hal yang menginspirasi. Saya percaya mereka pasti menemui ‘sesuatu’ di tempat mereka masing-masing. Sesuatu yang bisa mereka bagikan. Sesuatu yang istimewa. Dan saya berharap, ada banyak kisah yang bisa dibukukan atau pun dibagikan dengan bantuan teknologi yang ada baik oleh saya sendiri mau pun oleh kader kesehatan masyarakat lainnya di seluruh penjuru nusantara. Karena setiap kisah, sekecil apa pun itu, ketika dituliskan dengan niat baik dan kejujuran, pasti dapat menyentuh hati dan mengispirasi orang lain.

Salam:
Diana Timoria.

nb: saya membaca duluan seri ke 3 karena memang seri ini yang kebetulan saya download lebih dulu hehehehe



Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI