Untuk R
Dear
R
Lama
tidak jumpa. Semoga kau baik-baik saja.
Saya
teringat kau malam ini, teringat senyum manismu, sayu tatapanmu dan halus
lembut suaramu.
Saya
teringat kau malam ini, teringat sakit di hatimu, luka di perasaanmu dan marah
yang telah menua di dadamu.
R
maaf tidak berkunjung dalam beberapa waktu ini. Semoga kau tahu keadaan
hari-hari ini di kota kita di pulau kita, di negara kita dan planet yang kita pijaki
ini. Kau tahu kan R? Kau memang tidak bisa sedang memegang handphonemu tapi
mungkin Om tempat kau tinggal itu akan mengabari kau mengapa sejumlah perempuan
yang biasanya datang mengunjungi kau untuk sekedar berbagi tawa sudah jarang
berkunjung. Semoga kau mendapat jawabannya.
Sekali
lagi, R maaf sudah jarang mengunjungimu.
Masih
betah kau di rumah itu? Betahkan? Bersabarlah R, saya tahu telah berbulan-bulan
kau ‘terkurung’ dalam rumah sederhana itu seakan kau terpenjara dengan
dosa-dosa yang tidak pernah kau buat, tapi terima kasih sudah memilih untuk
berteriak dengan lantang meski ketakutan dan kebobrokan negara masih
menjadikannya suara yang sunyi.
R
tahukah kau, saat ini negara kita sedang sakit? Menyedihkan bukan? Saat negara
sakit kau ikut menanggungnya dengan urusanmu di kantor polisi itu yang tidak
selesai. Tertunda dan semoga tidak terlupakan, mari terus mengingatnya bersama.
Saat kau sakit, dan memilih mengeluhkan ke negara yang kau yakini akan
melidungimu, kau malah mendapati bagian lain dari negara ini menahan langkahmu,
membuat kau terpekur di sudut ruang gelisahmu lalu menjadi ketakutan dan marah.
R
saat ini semua warga negara ini sedang diminta untuk tetap berdiam di dalam rumah
dengan alasan untuk memutuskan penyebaran virus covid-19 yang cukup membuat
banyak orang khawatir dan takut lantaran virus ini mematikan dan masih belum
ada anti virus yang cukup efektif untuk membunuhnya. Tidak asing bukan? Kau
bahkan telah mengurung dirimu sendiri dalam rumah sederhana milik keluargamu,
yang kau datangi di tengah malam yang buta, sekitar pukul 01.00 wita, menumpang
seorang penjual ikan yang kau tahan dengan pura-pura membelinya lalu bernego
untuk mau membantu kau yang telah berjalan
kaki begitu jauh dan mengantar ke rumah tempat kau mengurung dirimu ini.
Di rumah inilah kau mendekam bukan karena virus covid-19 yang membuat seluruh
dunia menjadi sunyi, melainkan karena kau perlu bersembunyi dari siapa saja
yang ingin mendatangimu, mengambilmu dengan paksa dan membawa kau masuk lagi
dalam kemelut yang kau benci. R bersabarlah, berdiamlah di sana, bersabarlah.
R
banyak orang di negara ini sedang tidak bisa bertemu orang yang mereka sayang,
mereka terpisah dan menahan rindu untuk saling bertemu, saling berbagi dan saling
memeluk. Bukan karena mereka tidak ingin R tapi keadaan memaksa mereka begitu.
Keadaan ini tidak asing juga bagimu bukan? Kau rindu buah hatimu? Kau ingin memeluknya?
Kau ingin mengayunnya dalam gendonganmu? Kau ingin memastikan ia sudah makan
hari ini? Kau rindu ia merepotkanmu? Kau juga sedang menahan diri bukan?
Menahan semua gejolak rindu dalam dadamu, rindu pada bocah yang kau lahirkan
dari rahimmu. Bocah hasil kau bersetubuh dengan lelaki yang tidak pernah kau
bayangkan dalam hidupmu, lelaki yang mengambilmu saat kau masih duduk di bangku
SMP, saat kau mungkin baru saja merayakan masa pubertasmu dan sedang menata
debaran jantungmu pada seseorang. Lelaki yang menjadikan kau perempuan ke lima dalam
rumah tempat kau disiksa dengan segala kata dan tingkah yang menyakiti hati dan
tubuhmu. Sakit itulah yang membawamu ke padang, dengan untaian tali ditanganmu,
tepat di bawah pohon yang kau tuju untuk menggantung dirimu sendiri, kau teringat
seseorang, kau teringat seorang keluarga yang tidak terlalu kau kenal tapi kau
yakin dapat membantumu. Sakit itulah yang menguatkan telapakmu untuk berjalan
jauh. Sakit itulah yang memberanikanmu mengetuk pintu rumah yang kini menjadi
tempat kau menahan diri dan menyembuyikan semua rindu untuk anakmu. R
bersabarlah, berdiamlah di sana, bersabarlah.
R
banyak orang kebingungan dengan aktivitas baru mereka, bekerja dari rumah. Mereka diminta menyelesaikan
pekerjaan mereka dari rumah masing-masing tanpa pertemuan langsung dengan orang
yang biasa mereka temui. Kau tentu tidak asing juga bukan? Kau mulai
kebingungan di sana, kau tidak kemana-mana, tidak ke pasar, tidak keluar
rumahmu, dan melakukan semuanya di dalam rumah itu. Kau sedih dan bingung? Ah
kau juga ketakutan bukan? Saya ingat beberapa waktu lalu kau lebih sering
pingsan dan kami menjadi panik, tapi kami yakin kau kuat.
R
maaf belum sempat membawamu ke pantai.
Ketahuilah
R kami sedang usahakan menemukan angka sesungguhnya ada dibalik angka 6 yang
ditulis menggukan pena di atas tipe ex di ijasahmu itu. Sementara semua angka
di data cukup membingungkan, KTP, KIS, KK tidak sama seakan identitasmu
membantah eksistensimu. Kami akan terus berusaha meski sulit, meski kami
dituntut semakin berhati-hati.
R
semoga kau masih betah dalam ruang sabarmu.
Saya
meridukan kau malam ini, R.
(Maaf jika tulisan ini terkesan berantakan, saya hanya ingin berdamai dengan perasaan saya malam ini.)
Komentar
Posting Komentar