Tentang beasiswa INSPIRASI-2019 (II)




Kami bersepuluh foto pas 17 Agustus di Rotarua dan difoto sama Program Manager IYLP 2019


Mari lanjut bercerita tentang beasiswa ini. Cerita sebelumnya ada di sini.
Setelah memutuskan ingin melamar dan sok-sokan percaya diri, saya kembali mencari tahu lebih jauh tentang beasiswa ini dan sekali lagi, saya mengabaikan kata “New Zealand”. Yang ada dalam pikiran saya saat itu hanyalah pergi jauh dan belajar. Saya tahu New Zealand ada di tempat yang jauh dan beasiswa itu memberi kesempatan untuk belajar. Sesederhana itu, lalu saya melamar.
Mengapa harus pergi sejauh itu untuk belajar? Karena saya percaya belajar bisa dimana saja: pada jarak satu langkah atau pun ribuan langkah dari tempat saya berada. Buat saya, belajar bukan soal tempat sebab saya bisa belajar di mana saja di ruang kelas, di gereja tua, hamparan padang, aula hotel, halaman sekolah, di kota besar, di kampung-kampung, di kolong rumah, di bale-bale, di atas pohon kehi, di bawah pohon mangga (apalagi pas pohonnya berbuah), di pematang sawah, di samping nenek yang menenun atau pun di hati mantan #eh. Buat saya, belajar adalah tentang menemukan jawaban yang ada dalam diri saya maka sejuah apa pun jika ada kesempatan, saya akan mencobanya termasuk mencoba mendapatkan kesempatan pada beasiswa ini.
Saya kurang tahu pasti seperti apa proses penerimaan peserta pada beasiswa lainnya, tetapi di beasiswa Inspirasi ini, ada beberapa proses yang harus dilewati, kira-kira seperti ini:

1. Seleksi online.
Pada seleksi online, yang perlu dilakukan adalah mengisi beberapa kolom pada form online yang tersedia untuk memberikan informasi seputar latar belakang dan kegiatan kita.
Misalnya untuk pendidikan, yang ditanya adalah pendidikan terakhir.
Lalu akan ditanya juga tentang lembaga yang kita wakilkan. Dimulai dari nama, lalu jelaskan sedikit tentang lembaga tersebut, apakah lembaga mendukung kita terlibat dalam kegiatan ini dan apa aktivitas kita di lembaga tersebut.
Lalu akan ditanya juga apakah sudah pernah ikut TOEFL atau IELTS?
Di menit yang sama kau juga akan menerima konfirmasi bahwa perdaftaranmu sudah diterima.
Tidak sulit kan?

Setelah saya menerima konfirmasi tersebut, saya lalu melanjutkan aktifitas saya yang kadang membosankan kadang menyenangkan dan kadang tidak kedua-duanya.

2. Interview.
Setelah hampir lupa bahwa saya melamar beasiswa ini, tanggal 31 Januari 2019 saat saya sedang di kantor, iseng membuka email dan menemukan satu email yang perlu dibaca. Saya membaca emailnya dengan hati-hati, lalu terseyum.
Baiklah saya lolos untuk tahap selanjutnya.
Bersama dengan email pemberitahun itu, saya harus menjawab beberapa pertanyaan dari mereka. Pertanyaan itu lebih pada aktivitas saya di masyarakat, tantangan-tantangan yang dihadapi dan apa harapan saya ke depannya.
Karena interview dilakukan di Kupang, maka saya berangkat ke Kupang sehari sebelumnya dan transportasi serta akomodasi saya di tanggung oleh panitia.
Tahap kedua ini dilakukan di salah satu hotel. Saya satu-satunya peserta yang menginap di hotel tersebut karena peserta lainnya berasal dari pulau Timor.
Awalnya saya agak gugup dengan interview itu, tetapi karena saya tiba di Kupang dalam keadaan hujan badai maka saya abaikan gugup untuk interview dan malah lebih gugup dengan keadaan cuacanya.
Interview dimulai dengan perkenalan. Semua dalam ruangan memperkenalkan diri, sebagian  memang saya sudah kenal sebagian lainnya tidak.
Setelah perkenalan ada beberapa aktivitas lainnya seperti mendesain sebuah kampanye untuk mengajak anak muda menjadi peduli dengan pemilu dan mau mengambil bagian di TPS. Ini lebih ke melihat bagaimana kita berkreasi terhadap isu seputar anak muda (untung sa masih muda, jadi agak tahu sedikit walau saat itu saya tidak terlalu tertarik deng pemilu dll) dan melihat kemampuan kita bekerja sama dalam tim.
Peserta lalu diminta memilih salah 3 topik sustanaible development goals dan diminta berbicara tentang salah satu dari ketiganya yang sangat relevan dengan aktivitas kita. Waktunya kalo tidak salah 5 menit dan betul-betul harus tepat waktu sebab ada time keepernya. Yang saya ingat dari kegiatan itu adalah saat peserta lainnya merasa kekurangan waktu untuk menjelaskan isi pikiran mereka, saya malah berakhir dengan mengheningkan cipta sekitar satu menit lantaran sudah selesai semua yang mau saya utarakan. Entah saya yang memang memadatkan semua, atau saya yang tidak tau banyak tentang apa yang saya mau bicarakan atau memang saya yang gugup karena pakai bahasa inggris hahahaha 😁
Setelah itu ada test tertulis yang dilakukan serentak dengan wawancara, jadi saat salah satu peserta di wawancara, yang lainnya akan melakukan tes tertulis, begitu seterusnya sampai selesai. Tes tertulisnya adalah pengetahuan dasar kita tentang bahasa inggris sementara wawancaranya seputar kegiatan yang sudah dijelaskan ketika mengisi form online sebelumya.

Dan selesai.

Tanggal 22 maret 2019, saya ke Wanokaka mengunjungi 3 dari 5 sekolah dampingan, lalu pulang ke kantor. Sebelum makan siang, iseng saya membuka email saya dan melihat email bahwa saya diterima. Ekspresi saya: tentu saja saya tidak hanya senyum, saya tertawa senang dalam ruangan yang hanya ada saya seorang diri karena pimpinan saya sedang berada di kantor pusat.😁💃

Begitulah, saya lalu resign dari kantor dan memilih belajar 6 bulan di negeri orang dan akan kembali sebagai pengangguran yang bahagia.😂

Kami bersepuluh menuju Wellington dan singgah main salju. Ini juga difoto sama Program Manager IYLP 2019
 


Begitulah kira-kira prosesnya, kalau ada yang niat mendaftar dan masih mau bertanya silakan email saya di diana.timoria411@gmail.com atau di kolom komentar saja e,,,,


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI