SURAT UNTUK RIX (4)




Saya sedang berada di negeri yang sedang merayakan musim semi 
Bunga-bunga sedang mekar dengan indah 
Kau tentu tahu bagaimana saya selalu tersenyum dalam hati setiap kali melihat kembang-kembang itu
Sama seperti saat saya melihat bunga-bunga liar bermekaran di padang dan bukit:
rasa ajaib itu masih sama Rix, saya suka.

Rix, apa kabar?


4 November Rix dan saya tahu kau tidak akan pernah muncul untuk sekedar menyampaikan selamat ulang tahun meski tanpa segala harapan yang selalu diulang-ulang oleh orang-orang. Tidak apa Rix, ini bukan pertama kalinya dan saya merasa baik-baik saja, seperti biasanya.
Kau tentu tahu saya berada di mana.
Beberapa bulan lalu saya cukup senang kau muncul walau hanya sekali saja,  sekedar mengabari bahwa kau sudah berpindah kota, tidak lagi di kota yang ramai itu, kau memilih pergi di tempat yang lebih sepi meski bagi saya itu tetaplah kota besar dan ramai (saya tidak menyukainya).
“Masih hidup? Pindah kota lagi?” pertanyaan saya itu kau tanggapi dengan tawa yang lebar, dan seperti biasa kau abaikan pertanyaan andalan saya “Kapan pulang?” dasar brengsek kau Rix.
Kau alihkan dengan mengajak saya membicarakan hal lain: kau bercerita tentang seseorang yang sudah tidak bersama kau lagi dan saya bercerita tentang seseorang yang bersama saya saat ini. Kau menutup telepon dan berkata “Selamat merayakan musim semi di sana." Kau tahu saya selalu ingin merasakan salju dan akan ke tempat bersalju tapi kau juga tahu saya selalu merasakan keajaiban yang sama setiap kali melihat bunga-bunga. Kau memilih ucapan yang tepat.
Dan seperti biasa, kau menghilang (lagi). 
4 November Rix, semuanya berlangsung baik-baik saja di sini. Well, tidak semuanya baik- baik, tapi dia membantu saya membuat semuanya baik-baik saja, karena itu saya bersyukur bisa bersama dia saat ini. Dia sangat membantu saya melewati banyak hal di sini. Kau tahu Rix, tidak peduli sejauh apapun atau berapa pun lamanya perbedaan waktu antara saya dan dia, dia selalu ada, selalu Rix. Selalu. Dan sekali lagi, saya bersyukur untuk itu.
Eh, bagaimana kota itu, masih betah kau?
Bagimana langit di kota kau Rix?
Di sini sudah lebih sering biru, walau sesekali masih mendung. Sudah musim semi tapi masih tetap dingin. Saya tidak suka suhunya tapi saya menikmati semua yang ada di sini: alamnya, orang-orangnya,cerita-ceritanya dan semua perasaan rindu untuk pulang. Perasaan-perasaan itu selalu mengejutkan setiap hari dan saya suka.
Masih belum mau pulang kau Rix?
Baiklah, kau tahu kau bisa menemukan saya di mana, tapi sebelumnya temukan dulu seseorang yang bisa kau ceritakan dengan semangat dan bahagia ke saya. Saya menunggu itu Rix!

4 November di New Zealand Rix,
saya rindu dia.

Salam,
Diana Timoria.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI