TENTANG TAMAN BACA ‘BUKIT BUKU’ DI MAULIRU – SUMBA TIMUR - NTT.



Diskusi

Memulai sesuatu memang susah, tapi mempertahankan apa yang sudah dimulai membutuhkan lebih dari sekedar keinginan memulai. Membutuhkan keberanian dan niat yang jauh lebih besar.
Seperti memulai membangun taman baca ‘bukit buku’ Mauliru. Rasanya sangat bercampur aduk. Antara bingung, bersemangat dan penasaran bahkan pesimis hehehe.
Saat memulai membuka taman baca ini, saya sadar satu hal, seberepa pun seringnya saya tergabung dalam kegiatan berbagai komunitas tetap saya saya masih jadi perempuan yangragu untuk  memulai.
Bahkan untuk menggaris buku inventaris pun masih menggunakan buku lainnya :) kreatif di tengah keterbatasan

Ketika kuliah saya sering membantu teman-teman yang memilki taman baca di Sumba. Ketika liburan, saya dengan senang hati menjadi media titip buat teman-teman yang akan menyumbangkan buku dari Kupang ke Sumba Timur. Sesampainya di Sumba, masih dengan perasaan senang yang sama saya akan mengantarkan buku-buku tersebut kepada teman-teman yang mempunyai taman baca.
Ah selalu menyenangkan.


Koleksi buku di awal berdirinya taman baca 'Bukit Buku' sekaligus diskusi nama (Dan mereka malah ketagihan baca buku setelah diskusi hahaha)
Dan diam-diam saya memelihara keinginan untuk membuka taman baca sendiri juga. Itu sebabnya ketika selesai kuliah, saya mengumpulkan semua buku-buku saya dan tidak menghibahkan kepada teman-teman asrama karena saya tahu saya akan memanfaatkan buku-buku tersebut.
Sesampainya saya di waingapu, saya tidak segera membuka taman baca. Segenap keraguan masih datang. Saya lalu kembali menyibukkan diri dengan aktifitas relawan lainnya sambil memburu kerjaan. Tapi bagaimana pun saya berusaha berdiam dalam zona nyaman saya, selalu ada yang mengganggu, sesuatu dalam pikiran saya seperti terus membuat saya merasa tidak nyaman.
Demi membuat saya merasa lebih damai saya mulai ‘meracuni’ pikiran teman-teman orang muda katolik di gereja saya dengan ide membuat taman baca. Syukurnya mereka langsung menyambut baik. Setelah itu, saya sadar koleksi buku saya masih sangat sedikit. Sambil mempersiapkan beberapa hal saya mulai menyebarkann lagi ide ini kebeberapa teman lainnya atau siapa pun yang saya merasa bisa membantu saya. Saya ‘menodong’ teman-teman sekolah saya yang saya tahu mempunyai koleksi buku yang cukup banyak sejak masih sekolah. Saya sekedar bercanda dengan beberapa orang tua berjiwa muda tentang ide ini. Beberapa kawan berhasil ‘teracuni’ dan menyumbangkan buku untuk. Saya bahkan tidak keberatan jika harus menemui mereka ddi rumah mereka untuk mengambil buku. Salah seorang suster bahkan selalu menitipkan buku untuk mendukung kami di salah satu susteran di Waingapu.



Mulai beraktivitas
Tepat 7 Januari 2017 saya memberanikan diri mewujudkan impian saya . Saya mengajak beberapa teman untuk mengambil koleksi buku di rumah untuk di bawa ke gereja Stasi Santa Monika Mauliru. Kenapa lokasinya harus di sana? Sebab itu adalah tempat yang mudah diakses oleh anak-anak dan juga beberapa anak muda Mauliru yang kemudian saya ajak untuk sama-sama menjaga taman baca itu.
Nama ‘bukit buku’ sendiri bukanlah berasal dari saya, tapi dari diskusi antara saya, Nia, Evi, Melan dan Ramli yang merupakan sekumpulan anak-anak muda Mauliru yang antusias dengan ide taman baca ini. Saat itu kami sedang berdiskusi santai di teras gereja. Alasan pemilihan nama ‘bukit buku’ adalah karena  Mauliru identik dengan bukit, ada beberapa bukit di Mauliru, ada bukit yang disebut ‘pinu palapang’ ada yang di sebut bukit ‘haumara’ dan sebagainya, selain itu lokasi taman baca yang saat itu meminjam gereja juga terletak di atas bukit. Sementara penambahan kata ‘buku’ adalah bagian dari impian bersama, bahwa kelak buku-buku kami yang jumlahnya masih sedikit itu akan menumpuk membentuk bukit, tidak hanya sebagai koleksi taman baca tapi juga dalam pikiran adik-adik di Mauliru.
Meski pun tertatih, tapi perlahan kami berbenah. Sebagian hasil penjualan buku kumpulan cerpen saya yang saya terbitkan dengan judul ‘Tanpa Judul’ saya tambahkan dengan biaya donasi dari teman-teman di Jakarta  untuk membuat rak buku sederhana serta membeli beberapa kebutuhan lain seperti buku inventaris dan pulpen.
Selalu menyenangKan bila melihat anak-anak di sana. Mereka bermain, bernyanyi, menari dan belajar serta membaca. Ada anak-anak yang datang dan bermain, ada yang datang dan mengerjakan Pr, ada yang datang dan membaca buku dan mendongeng. Ya, ide awal kami memang menjadikan teman baca ini sebagai ajang pertemuan anak-anak. Anak-anak boleh bermain apa saja, bahkan tidak membaca pun tidak apa-apa. Kami tidak mau menuntut anak-anak untuk membaca. Yang kami inginkan hanyalah memberikan anak-anak pilihan dan mereka sendiri yang harus memilih. Yang pasti, jika jika mereka memilih untuk membaca, kami akan berusaha memastikan bahwa mereka memiliki buku yang ingin mereka baca. Bahkan jika mereka ingin meminjam buku untuk dibawa pulang pun boleh saja. Kami percaya, mereka akan tetap membacanya di sela kesibukan mebantu orang tua mereka untuk mencuci piring, memotong rumput ternak, menimba air, menyiram sayur ataupun menjaga padi di sawah. 
Serius membaca

Serius membaca

Permainan ini mereka sebut 'permainan keong'

Hingga saat ini, taman baca sudah memiliki beberapa aktivitas dengan didampingi oleh kakak Nia Dj. Sesekali ada yang memberikan donasi, seperti tas sekolah dari Sedekah Oksigen, sikat gigi dan pepsodent dari Jruk sumba serta buku-buku,ada juga alat menggambar yang dibawa para traveler yang ingin berkegiatan bersama anak-anak di taman baca. Nia dj dan kawan-kawan juga melakukan kegiatan hampir setiap minggu bersama aak-anak.
Walau pun sudah berdiri selama setahun lebih, rasanya masih banyak yang harus dibenahi, tapi tak apa, pelan-pelan saja. Kami masih akan terus berproses.
Jika ada yang ingin menyumbangkan buku, silakan kirimkan ke alamat ini:
Rumah belajar kampung raja prailiu
Jln umbu rara meha no 1 RT 003/RW 002
Kampung raja kelurahan orailiu
Kecamatan kambera sumba timur NTT – 87113
CP: Herlin Day Mappar
085237282
Silakan gunakan pengiriman gratis tanggal 17 setiap bulan.
Caranya:
Paketkan buku tidak lebih dari 10 kg. Pada salah satu sisi paket silakan tuliskan alamat di atas dengan mencantumkan kata #bergerak di bagian akhir alamat. Pada sisi lainnya silakan tuliskan ‘taman baca bukit buku – Mauliru’.

Kenapa sepert itu? karena kami masih meminjam alamat rumah belajar kampung Raja, kami belum memiliki alamat untuk pengiriman gratis. Saat kiriman sampai, kami akan mengambilnya.
Oh iya, bagi rekan-rekan lain yang ingin berkunjung, bisa menghubungi Nia Dj di nomor ini 082117105723 atau bisa melalui akun fb Nia Dj.
Terima kasih atas kebaikan hati para donatur selama ini,,,,
Salam dari sumba.
Terima kasih.

Mendongeng

Sekedar bercerita

Donasi dari 'sekedah oksigen'

Nia Dj dan anak-anak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG MENYUKAI SEORANG FRATER

BENTANGAN LANGIT SIANG HARI