“Bagaimana Ma?” Rian sedikit memelankan suaranya. Setengah berbisik seraya berharap yang dimaksudnya dapat mendengar apa yang dikatakannya. Tatapannya lurus, langsung tertuju pada sang Mama. Rian mengawasi setiap gerakan Mamanya, selain helaan dan hembusan nafas Mama, rian tidak menangkap gerakan lainnya. Bahkan mata Mama tak bergerak. Wajah beliau tetap tertuju pada secangkir kopi pekat di pangkuannya. Entah apa yang ada di pikirannya.